Friday, January 2, 2009

Series : Living With My Cousin - Chapter 11

Lelah Mulut, Lelah Hati


Gua dan Jhosua sudah duduk di ruang nonton. Suasana malam itu tampak mencekam bagi gua. Sebelumnya gua sudah sempat membersihkan diri. Dan sekarang gua sudah duduk dengan mengenakan boxer dalam keadaan bersih. Sementara itu Jhosua masih berpakaian lengkap, duduk di sofa seberang dengan padangan tajam kegua. Wajahnya sedang marah, tapi entah kenapa dia masih saja tampak ganteng. Heran.

   “Elo Gay ya?!” dia langsung menembakan peluru kedada gua. Pertanyaan yang tanpa embel-embel dan langsung to the point.

   “Ah enggak kok, jhos. Gua nggak gay. Gua biseks. Gua-gua... gua masih bisa ngentot sama cewek kok.” Gua menjawab gelagapan.

   “Elo tuh gay. Lo ciuman sama cowok, mulut lo... mulut belepotan peju. Najis gue!” Nada bicara Jhosua semakin tinggi. “Ini gak bisa dibiarin, gua harus lapor ke bokap-nyokap lo.”

    Sontak gua syok dan panik bukan main. “Jhos-jhos! Jangan jhos... gua bisa abis ama bokap gua! Jangan bilang dong jhos!”

   “Enggak bisa! Gua harus bilang semua ini ke orang tua lo.” Kata Jhosua.

    Gua langsung mendekati Jhosua dan berlutut didepannya. Harga diri gua gua rendahkan serendah-rendahnya. Gua memohon. “Jhos, tolong sob. Jangan bilang. Gua bakalan lakuin apa aja yang lo minta. Serius! Gua bakalan ngelakuin apa aja! Apa aja. Asal jangan bilang keadaan gua sama orang tua gua. mereka pasti kecewa banget. Please jhos! Tolongin gua!”

   “Menjauh lo dari gua!” Jhosua berseru sambil mendorong tubuh gua.

    Gua terlempar kebelakang namun gua tetap balik lagi bersujud didepan dia. Memohon-mohon dibawah kakinya. Untuk pertama kalinya gua merendahkan diri sebegitu rendah dan sebegitu hinanya didepan seseorang. Karena kalo bukan karena Jhosua sepupu gua dan bukan karena keadaan seperti ini, gua gak bakalan pernah sudi bersujud dikaki orang. Tapi ini berbeda. Dan jalan yang terbaik menurut gua sekarang ini adalah merelakan diri menjadi terhina dan rendah dimata Jhosua.

   “Gua janji jhos. Elo minta apa aja. Elo suruh gua apa aja. Gua pasti kerjain. Gua gak bakalan nolak. Asal please... jangan kasih tau ini semua ke orang tua gua. gua takut jhoooos... gua emang suka sama cowok. Tapi gua pasti nikahnya sama cewek. Sama cowok gua Cuma nafsu seks aja... tapi sama cewek gua bisa mencintai!”

    Jhosua masih tampak dia menatap tajam wajah gua. Ada baiknya gua kembali mengobral janji.

   “Serius jhos. Gua janji. Kalo gua gak nepatin janji gua. elo boleh nyiksa gua. elo boleh buang gua dari apartermen lo. Asal jangan elo ungkapin ini semua ke orang tua gua!”

    Jhosua masih tampak diam, namun tak lama kemudian dia berkata. “Elo janji bakalan lakuin apa yang gua suruh, dan bakalan berikan apa yang lo minta?!”

    Gua mengangguk-angguk seperti anak kecil yang patuh. “Gua janji-gua janji.” Kata gua dengan pasti, menyadari penuh apa saja konsekuensi dari ucapan gua ini. Namun gua tidak peduli.

   “Oke... gua pegang semua kata-kata lo. Mulai sekarang... elo harus menuruti semua perkataan gua.” kata Jhosua. kemudian ia bangkit berdiri. “Sekarang gua mau mandi. Nanti gua panggil elo kalo gua butuh. Menyingkirlah dari gua sekarang!”

    Gua dengan sigap menyingkir memberikan jalan bagi Jhosua untuk pergi, sementara sepupu gua itu berjalan menuju kamarnya. Selang beberapa saat kemudian gua mendengar suara pancuran. Dia mandi.

***

Gua duduk diam di sofa dengan pikiran kosong. Menatap tanpa arti jendela bergambarkan pemandangan malam. Gedung-gedung dengan lampu-lampu yang menyala dan bangunan-bangunan lain yang bercahaya. Mendadak terdengar suara Jhosua memanggil. Gua lantas bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
    Jhosua baru keluar dari kamar mandi dengan mengelap-ngelap kepalanya yang masih basah ketika gua melangkah masuk. Ia melihat kedatangan gua dan—untuk sekarang—menyadari gua menatap penisnya selama beberapa saat.

   “Ngiler ya?!” tanya Jhosua. Itu sindiran. “Ya jelas lah, elo homo. Pastinya ngiler ngeliap kontol nggantung begini.” Gua tidak berani menjawab dan memilih diam. Menunggu apa yang akan diperintahkan sepupu gua itu setelah ini.
    Setelah selesai menghaduki diri dia melempar handuknya dan berjalan naik karanjangnya. Merebahkan diri dan tidur dengan posisi terlentang.

   “Elo isep peler gua sekarang!” kata dia tanpa menatap gua.

   “Apa?”

   “Elo isep peler gue, homooo!” kata Jhosua akhirnya menatap gua. “Elo demen kan ama peler. Nih ada kontol nganggur. Berarti selama ini elo udah ngebet banget pengen ngisep kontol gua kan. Pantesan lo semangat ngocok peler gua waktu itu. Ternyata elo napsu. Sekarang sini lo, homo! Isep peler gua sekarang!”

    Rasanya gua pengen banget nabok sama nendangin muka Jhosua saat itu juga. Kata-katanya bikin gua pengen naruh bom dimulutnya. Bangsat abis tuh orang.

   “Woi gay! homo!” Jhosua kembali memanggil, dan rasanya semakin menyakitkan. “Elo ngapain bengong disitu. Cepetan isep peler gua sekarang!”

    Gua berjalan naik ketempat tidurnya dan berlutut didekat pelernya.

   “Elo isep peler gua... nggak pake tangan. Dan elo minum semua peju nanti kalo keluar. Ampe ada yang berceceran. Elo harus jilatin! Kerjain sekarang!” kata Jhosua. ia menaruh kedua tangannya dibawah kepalanya dan menunggu.

    Gua membungkuk. Mendekat penis besar yang masih tertidur itu. Di kondisi lain ini pastinya sesuatu yang menyenangkan, namun sekarang ini, gua merasa seperti budak yang sudah kenyang dan jemu dengan penis namun dipaksa untuk bekerja. Bibirnya turun sampai keujung penisnya, kira-kira beberapa cenitmeter dari sprei dan memasukan penis Jhosua. karena gua gak boleh pake tangan maka gua membukuk sangat rendah agar mulut gua bisa memasukan penis Jhosua. setelah masuk gua sedikit menaikan kepala gua dan mulai menghisapnya. Jhosua tampak memperhatikan gua saat gua bekerja. Dia pastinya penasaran bagaimana seorang cowok menghisap benda yang ia juga punya.
    Sesekali penis Jhosua yang belum bangun terlepas dari mulut gua, sehingga gua harus kembali membungkuk serendah mungkin untuk bisa memasukan penisnya kemulut gua. ini benar-benar membuat gua seperti budak seks.
    15 menit berlalu ketika akhirnya penis Jhosua seutuhnya mengeras. Dan gua masih saja terus menghisap. Jhosua kini menutup matanya, tampak menikmati. Lalu beberapa menit kemudian dia membuka mata dan berkata.

   “Elo tuh ye, jadi gay kok isepannya jelek banget. Mendingan cewek deh. Eh homo, yang enak napa ngisepnya. Homo sejati harusnya ahli ngisep-ngisep kontol kan! Yang enak ngisepnya dong!” Perkataan Jhosua seperti komplain dari manjikan ke pembantu. Gua benar-benar harus menahan rasa marah, malu dan sakit hari.

    30 menit berlalu ketika Jhosua sudah tidak lagi komplain. Dia kini diam sambil menutup mata. Gua menggunakan segala keahlian menghisap gua yang gua bisa. Mulut gua pun sekarang terasa kelu dan lelah luar biasa, karena 30 menit bekerja tanpa henti. Selama itu mulut gua terus berinteraksi dengan penis besarnya Jhosua.
    45 menit berlalu ketika rasanya mulut gua lelah luar biasa. Dan herannya Jhosua belum mengeluarkan pejunya juga. Entah dia sengaja atau memang dia membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengeluarkannya. Tapi rasanya gua sudah lelah luar biasa. Segala upaya yang gua lakukan rasanya tak ada gunanya. Lalu beberapa menit kemudian....
    Crot...Crot...crot...crot...Crot!
    Jhosua dengan begitu mendadaknya menembakan pejunya. Begitu banyak, begitu kencang sampai-sampai mulut gua tak sanggup. Gua bahkan nyaris muntah ketika tembakan peju Jhosua keluar. Dan hasilnya banyak sperma yang berceceran disekitar penis Jhosua. Gua dengan segenap hati berusaha menelan banyaknya sperma yang masuk kemulut gua. Merasa sedikit mau muntah ketika menelanya. Sperma Jhosua banyak sekali.
    Sepupu gua itu akhirnya membuka mata. Dia kini memperhatika gua yang berusaha menelan spermanya.

   “Tuh masih banyak diluar. Elo jilat gih. Enak pastinya tuh bagi elo. Jilat cepetan!”

    Gua kembali menunduk dan menjilati ceceran sperma Jhosua. Menjilat-menelan-menjilat-menelah sampai rasanya benar-benar mau muntah. Lalu mulut gua juga harus membersihkan penis Jhosua sampai bersih. Kegiatan itu membutuhkan waktu beberapa menit sampai akhirnya Jhosua mengizinkan gua untuk selesai. Penis Jhosua sudah kembali bersih. Sejenak gua bangga juga. Hebat banget bisa bersihin kontol Cuma pake mulut.

   “Kerjaan elo selesai. Sekarang elo keluar dari kamar gua!”

    Gua beranjak dari tempat tidurnya dan pergi meninggalkan kamar. Berjalan dengan sedikit sempoyongan menuju ke kamar gua. masuk ke kamar mandi dan membersihkan mulut gua yang kotor. Lalu keluar tepat disaat pintu kamar mandi yang lain terbuka.
    Gua naik ketempat tidur gua dan merebahkan diri. Mulut gua seakan mati rasa sekarang. Begitu lelah dan seakan kebas. Tak bisa dirasakan. Mungkin makanan aja sudah tak ada rasanya dimulut gua sekarang. Mata gua menerawang kelangit-langit kamar. Berpikir dan menyesal. Mengingat kembali peristiwa beberapa jam yang lalu. Ketika gua dibakar nafsu saat bercinta dengan Kiddo, ketika gua seperti orang maling tertangkap basah saat Jhosua yang mendadak muncul, ketika gua benar-benar direndahkan dan dinistakan luar biasa saat dengan Jhosua, rasanya gua pengen banget pergi ke balkon dan loncat. Tapi pastinya itu hanya menambah panjang dosa gua.
    Peristiwa blom job yang melelahkan tadi gua tau hanya sebagai awal. Gua tau awal konsekuensi dari omongan gua baru terlaksana tadi. Dan gua tau bahwa gua bakalan terus seperti ini, terus direndahkan, terus diperlakukan seperti Sex Slave untuk waktu yang lama. Dan gua tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Gua baru saja bermimpi yang benar-benar menghibur dan lagi-lagi... membuat iga junior bangun pagi-pagi bukan saja hanya karena alasan biologis. Namun mimpi penuh birahi itu sirna ketika seseorang menampar-nampar pipi gua. dan ketika gua melek, peler Jhosua sudah berada didekat mulut gua. Yak ampuuun... bahkan pagi-pagi pun...
    Gua dengan terpaksa namun tidak menunjukan wajah keterpaksaan gua, menghisap penis Jhosua yang untungnya sudah mengeras, jadi gua gak perlu melewati proses membangunkan. Sekarang ini Jhosua mengizinkan gua menggunakan tangan, kemajuan. Namun yang lebih menyenangkannya lagi, gua merasa bernafsu pagi ini. Mungkin efek dari mimpi gua tadi ditambah hilangnya perasaan direndahkan pada waktu malam hari membuka dalam sekejap nafsu gua naik. Maka dengan senang hati dan tidak peduli bahwa status gua sekarang ini adalah Sex Slave, gua menghisa penis Jhosua.
    Butuh lima belas menit bagi gua untuk menghisapnya dengan segala kemampuan S1 Fakultas Teknik Menghisap gua, sampai akhirnya Jhosua mencabut penisnya dari mulut gua dan beranjak dari tempat tidur gua.

   “Ikut gua lo!” katanya seraya keluar kamar.

Lima menit berlalu ketika gua harus duduk dibawah meja makan dan menghisap kontol Jhosua lagi. Jhosua benar-benar memperlakukan gua sebagai budak seks. Sementara itu ia sarapan sambil membaca koran dan sesekali menatap LCD TV yang menayangkan berita didepannya.
Nafsu diri gua semakin menjadi-jadi dan gua semakin semangat menghisap kontol Jhosua. Efeknya, dapat gua lihat. Jhosua tampak mulai kelojotan dan menggelinjang ketika gua hisap. Gua gak mau diam aja, gua juga akhirnya mengocok penis gua. entah apa yang dirasakan Jhosua sekarang. Apakah sekarang masih membaca koran atau sudah merem-melek. Apakah tangannya sudah mencengkram koran dengan begitu kuat atau apa. Yang pasti Jhosua sudah tidak bisa duduk tenang sekarang.
Jhosua akhirnya mengejang-kejang. Dan peju keluar dari penisnya. Tidak sebanyak yang semalam namun masih bisa memenuhi ruangan mulut gua. gua dengan segenap tenaga menelannya dan beruntung tidak ada yang tercecer. Sempat gua mendengar Jhosua mendesah waktu dia menembak. Gua sedikit merasa tersanjung.
Gua menghentikan kocokan penis gua, karena gua gak mau menembak dilantai yang bisa beresiko gua harus menjilat sperma gua sendiri.

Tak lama kemudian Jhosua melempar sejumlah uang kebawah meja, kemuka gua. “Tuh uang, buat sarapan lo!” ia kemudian bangkit dari kursi dan menuju kamarnya. Meninggalkan gua yang mematung dibawah meja. Benar-benar hina. Benar-benar seperti pelacur bayaran.

***

Gua hanya melamun pada saat dosen gua menjelaskan panjang lebar pelajaran saat itu. Gua terus terbengong-bengong walaupun mata gua menatap kedepan. Rafael yang duduk disebelah gua tampak bingung dan sesekali menatap gua. Sampai detik ini gua dan dia belum berbicara satu sama lain. Gua lagi senang bengong sekarang dan amat sangat malas sekali berbicara. Mulut gua lelah luar biasa.
    Menjelang pelajaran selesai Rafael akhirnya tidak tahan. Dia akhirnya memaksa gua berbicara.

   “Kenapa sih lo. Dari tadi gua tanya gak ngomong-ngomong.”

    Gua memandangnya dan hanya menyunggingkan senyum. Rafael hanya menggeleng-geleng dan mendesah lalu kembali memperhatikan pelajaran.
    Sekeluarnya dari kelas Rafael menarik gua secepat mungkin. Membawa gua masuk ke lift kosong dan naik keatas. Babarapa saat kemudian gua keluar dilantai paling atas yang tidak berpenghuni. Lalu ia mencium gua. French Kiss. Dia yang inisiatif. Gua sih Cuma mangap-mangap doang. Gua sekarang merasa mangap dan membuka mulut lebar-lebar jauh lebih mudah sekarang. Kedua tangan Jhosua masuk kedalam kaos gua dan meraba-raba punggung gua. Lalu kedua tangannya menyelip masuk dan meremas-remas pantat gua. masih mencium gua dia menurunkan resleting gua dan menurunkan celana jeans gua. lalu menurunkan dengan satu tangan celana dalam gua. dia terus mencium gua saat tangannya mulai mengocok-ngocok penis gua. namun mendadak dia menghentikan semuanya.

   “Elo kenapa sih?” Rafael bertanya dengan sedikit kesal.

   “Nggak kenapa-napa.” Jawab gua ngasal.

   “Elo bohong. Dari tadi elo kaya orang gak ada nyawa. Gua nafsu-nafsui mesra-mesraan sama elo, tapi elonya diem aja.”

   “Gua gak kenapa-napa Rafa...” kata gua. gua kini berinisiatif mencium balik Rafael, namun dia menolaknya. Dia malah menjauh. Ngambek.

   “Gua udah males kalo kaya gini. Turun aja.” Kata Rafael dengan wajah cemberut.

   “Raf... rafa... ya udah ayo. Kita main disini.” Kata gua seraya menarik tangannya.

    Namun cowok indo ganteng itu malah memencet tombol lift. Beneran dia ngambek. Dasar ambekan. Gua membenarkan pakaian gua dan berdiri disampingnya. Ketika pintu lift tersebuka tiga orang cewek tampak terkejut ketika melihat dua cowok ganteng berdiri menunggu. Dan ketika kita berdua masuk rasasnya nafas-nafas mereka tampak berhenti. Gua yakin mereka terus menatap kita sekarang. Rafael berinisiatif menekan tombol G dan ><. Karena cewek-cewek tadi semua sedang terpesona maka yang masih sadar aja yang jadi operator.

***

Haaah... hari yang melelahkan... mulut yang melelahkan... gua masuk kedalam apartermen di sore hari. Benar-benar lelah dan ingin segera rebahan di sofa dan bermalas-malasan.
    Matahari sore tampak indah dari kaca apartermen Jhosua menambah sempurnanya acara malas-malasan gua sore ini. Gua duduk di sofa dengan sudah berseragam celana dalam dan menyalakan televisi. Program infotaiment sedang tayang saat itu. Malas meneruskan karena tidak begitu tertarik dengan infotaiment lantas gua menarik keluar labtop dari tas gua dan langsung online di internet. www.boyzforum.com adalah situs pertama yang gua buka. Melihat-lihat isinya. Tempat yang paling sering gua datangi adalah Boysex, Boylove dan Boy Style... setelah puas di boyzforum gua berlanjut ke kaskus.us... situs disitus tersebut tampak orang-orang naif yang dengan noraknya berteriak-teriak maho-maho... anjing lo semua. Emang kita semua pengen kaya begini. Jujur aja, ada kalanya gua merasa pengen banget dilahirkan kembali sebagai cowok yang HANYA suka sama cewek atau sebagai cewek yang HANYA suka sama cowok.
    Disitus itu tampak orang-orang sok suci menghina-hina maho (Manusia Homo). Tanpa pernah merasakan bagaimana perasaan orang yang dikatain. Coba jika mereka yang berada diposisi kita. Coba jika merekalah yang homo dan kita ngatain mereka. Coba jika salah satu anak mereka ada yang gay atau banci dan temen-temennya dengan kejam mengatain mereka. Bagaimana coba reaksi mereka. Bagaimana coba tanggapan mereka jika mereka punyak anak seperti itu dan mendapat hinaan seperti itu. Memang manusia tidak akan berhenti berbuat salah sampai mereka merasakan sendiri getahnya. Dan selama mereka tidak pernah terkena karma dari hinaan maho mereka, maka selama itu juga mereka akan terus norak. Gua benci banget sama manusia-manusia yang gak menghargai keberadaan dan nasib manusia lain. Elo boleh gak suka sama kaum tertentu tapi elo gak boleh menghina kaum tersebut karena mereka juga berhak hidup dan berhak ADA!
    Gua terpaksa menyelesaikan browsing internet ketika malam hari, ketika Jhosua pulang dari kantor. Seperti biasa walaupun berantakan dan tampak lelah, entah kenapa dia selalu terlihat tampan dan macho. Gua menutup labtop gua dan berjalan mengikuti dirinya karena dia memanggil.
    Dikamar Jhosua melepaskan sepatunya, melepaskan dasinya, kemeja hitamnya, melepaskan kaos dalamnya, lalu menurunkan celana bahan hitamnya dan terakhir melepaskan celana dalamnya. Lalu ia naik ke tempat tidur dan tiduran terlentang.

   “Ga, tugas lo sekarang.” Katanya.

    Gua menghela nafas dan berjalan naik ketempat tidurnya. Seperti biasa menungging dan mulai menghisap penisnya. Seperti kemarin... satu jam ini mulut gua harus bekerja sekuat tenaga. Lelah Mulut, Lelah Hati...

No comments:

Post a Comment