Thursday, November 20, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 5

Akhir Pekan


Jhosua merasa lebih baik pada pagi harinya. Berbeda dengan gue yang sudah merasa jauh lebih baik sejak malam harinya. Bagaimana enggak, tangan gua dengan leluasa menjelajahi setiap lekuk tubuhnya. Dari telapak kakinya, betisnya, pahanya, kemudian naik kepantatnya (Pantat! Yang montok itu loh), naik kepinggang, kepunggung dan berakhir dileher. Itu baru side A, side B lebih seru lagi.  Jhosua, entah kenapa membiarkan gua memijit dadanya yang bidang itu, perutnya yang 6 kotak, turun menuju penisnya (Penis! Yang gede itu loh), turun kepaha dan berakhir di kaki. Gua cukup beruntung sebenarnya walau Cuma satu kali “perjalanan tangan” tapi pikiran gua menjadi nakal saat dengan nekatnya gua melakukan perlajalan kedua. Dan Jhosua tidak menolaknya. Dia menikmati pijitan gua dalam lelapnya. Gua bersyukur karena dia tidak perlu mengetahui bahwa selain urat-urat badannya yang tegang, ada urat lain yang jauh lebih tegang.

***

Gue terbangun pada hari sabtu. Ini akhir pekan. Yang gua ingat pertama kali saat akhir pekan adalah; Naked Saturday. Maka dengan malasnya gua melepaskan celana dalam gua. Lalu turun dari tempat tidur sambil menggaruk-garuk kepala dan sang iga junior. Diluar seperti biasa, Jhosua sedang bersantai sambil menonton acara berita.

   “Ga, fitnes yuk entar.” Jhosua berkata saat menyadari kehadiran gua.

   “Ayo, kebetulan gua udah dua hari gak fitnes. Berasa gimana gitu.” Kata gua sambil duduk disofa seberang Jhosua.
Memperhatikan sejenak bagaimana kondisi ‘senjata’ Jhosua saat itu. Kondisinya sepertinya dalam tahap penurunan tenaga. Salah satu kebiasaan gua kalo pagi dihari sabtu.

   “Ya udah. Ntar jam 11 ya. Fitnesnya. Kalo jam segini kayanya masih rame deh. Gua rada males kalo rame-rame.” Kata Jhosua.

   “Ya udah. Gua mah ikut apa kata lo aja dah.” Kata gue.

   “Ya emang harus. Elo mau ikut kata siapa lagi? Kata si Timothy Marbun?” kata Jhosua.

    Gua lantas menatap TV, dimana metro TV sedang menayangkan headline news dengan si Timothy Marbun sebagai newscasternya. Cowok itu tampak cute sekali.

   “Elo kalo mau nonton berita musti nyari yang se suku ya?” gua mendadak mengeluarkan pertanyaan bodoh.

   “Haahk, maksud lo?” Jhosua gak ngerti.

   “Itu, yang bawa kan orang batak. Si Thimy Marbun.” Kata gue, semakin bego.

   “Lah, emang kebetulan aja kali dia yang bawa. Dasar bodoh!” kata Jhosua seraya melempar bantal sofa kegua. “Lagian bagus kan. Orang batak yang bawain. Biar drajatnya naik.”

   “Haaahk... Maksud lo?”

   “Aduuuuh... bego banget sih sepupu gua ini.” Jhosua berkata gemas. “Ya bagus lah. Lo liat, Rossiana Silalahi, Putra Nababan, Ralph Tampubolon, Sondang Sirait, ama si ini nih, Timothy Marbun. Mereka orang batak yang berhasil jadi newscaster. Mereka berhasil merubah pandangan orang-orang tentang pekerjaan orang batak.”

   “Merubah pandangan gimana.” Gua makin gak ngerti maksud si Jhosua. Entah kenapa gua belum connect-connect juga sama maksud dia. Loading gua lama banget deh.

   “Jadi gini ya, orang bodoh!” Jhosua udah berpindah ke sofa gua. Ia menjitak pelan kepala gua sekali. “Elo gak nyadar apa, selama ini elo naik angkot kebanyakan operatornya siapa? Orang Batak!” dia kembali menjitak kepala gua. “Orang batak identik dengan angkutan umum, kalo gak supir ya keneknya. Kemudian identik dengan tukang tambal ban, belum lagi identik dengan lapok tua yang beterbaran dipinggir-pinggir jalan.” Kepala gue kembali dijitak. “Ya jadi orang mikirnya, orang batak itu tuh pekerjaannya begitu semua. Padahal kan gak semuanya.” Untuk kesekian kali kepala gua kembali dijitak. “Contoh aja gue.”

   “Hiiiiih.... narsis lo!” kata gua.

   “Ah bego lo.” Kata Jhosua kembali menjitak kepala gua.

   “Elo ngapain jitak-jitak kepala gua. Sini gue jitak lo.”

   “Dih, elo belagu ama yang tuaan.” Kata Jhosua merasa terhina gua jitak balik.

   “Sapa suruh.”

   “Gue cekek lo.” Jhosua langsung mencekek gua.

   “Eeeeeekkk.... woy gue sesek napas neh!” gua berusaha melepas tangan gua dan berhasil. Berikutnya kita terlibat dalam aksi perkelahian bohong-bohongan. Jhosua berusaha mengunci gerakan gua tapi gua berhasil melepaskan diri. Tanpa peduli bahwa kita berdua telanjang bulat, kita terus melakukan aksi gulat ala WWF itu. Jhosua kemudian mengadopsi gerakan Rikhisi dimana ia menduduki gua pake pantatnya. Bersyukur dia nggak kentut. Gua berhasil lepas dan langsung aja gua kunci lehernya pake kaki gua. Gak peduli bahwa peler gua berjarak hanya beberapa centimeter dari mulutnya. Dan dia juga tampak tidak peduli.

   “Kalah lo! Kalah lo!” seru gua ketika mengunci leher Jhosua.

    Jhosua main curang. Dia mengelitik perut gua sehingga kuncian gua mengendur dan lepas. Dengan sigap dia langsung mengunci gua. Kepala gua kini berada dekat sekali dengan penisnya. Ditambah tangan gua bebas bergerak. Dasar sepupu bodoh, tidak lihatkan ada kesempatan emas untuk main curang bagi gua.

   “Rasakan ini Jhosua bodoh!” seru gua. Dan berikutnya gua menyentil penisnya.

   “AAAAAAK... ANJEEEEEEEEENG!”

    Gua langsung kabur ke kamar mandi.

   “IGAAA SIALAAAAAN.... SAKIT BANGSAAAAT” Lolongan Jhosua masih gua dengar dikamar mandi. Gua tertawa terbahak-bahak.

***

Tempat fitnes memang tidak ramai namun juga tidak begitu sepi. Masih ada beberapa orang yang berlatih disana. Gua dan Jhosua tiba disana jam setengah dua belas siang. Dan ketika sampai gua langsung berlatih beban, begitu juga dengan Jhosua. gua seringnya sih sparing sama Jhosua. Adu siapa yang paling kuat mengangkat yang terberat. Satu setengah jam berlalu gua memutuskan untuk mengakhiri fitnes gua dengan berlari. Sementara Jhosua sudah langsung masuk sauna. Sepertinya dia masih memiliki hal penting yang untuk diurus. Yang berhubungan dengan jurus sentilan maut si Iga dari gua hantu. Wuakakakak... rasakan jurus pamungkas gua!
    Gua lagi asik-asiknya lari ketika disebelah gua seseorang tiba-tiba muncul dan ikut berlari. Gua perhatikan sejenak ternyata si Kiddo. Si Pegawai Bank. Namun ada yang aneh dari dia. Dari tadi dia senyum mulu sambil menatap gua. Ada apa ini? Gua mencoba untuk membalas senyumannya, berharap dia menghentikan kegiatan aneh itu. Tapi tidak, dia terus tersenyum sambil menatap gua, sambil berlari. Wah, jangan-jangan Kiddo mulai terganggu jiwanya. Moga-moga aja bank tempat dia bekerja tidak menderita kerugian akibat pegawainya ada yang rusak. Dia masih senyum juga.

   “Mas, gila ya?!” gua akhirnya bertanya.

    Dia masih senyam-senyum aja. Wah bener nih. Gila!

   “Nape sih lo? Senyum-senyum mulu. Naik gaji lo?”

    Kiddo tidak menjawab. Dia hanya terus senyum dan bahkan menaik-naikan alis matanya kearah gua. Sebenarnya kalo dia melakukannya diapartermen dia atau Jhosua, bisa gua bejek-bejek mukanya sangkin gemesnya gua. Soalnya kalo begitu mukanya makin tambah ganteng dan ngegemesin.

   “Udah kek senyumnya. Kaya orang sarap lo!”

    Kiddo tidak menggubris, dia terus saja tersenyum. Baiklah. Mungkin dia mencoba menularkan gilanya ke gua. Gua ikutan tersenyum dan menatap dia. Sambil berlari, sambil tersenyum, sambil menaik-naikan alis, sambil sesekali bertatapan. Kita berdua mencoba menjadi gila bersama. Hahahah... orang gila!
    Gua menanggalkan kaos dan celana gua. Menyisakan celana dalam lalu berjalan menuju ruang sauna. Mencari-cari sebentar sampai mendadak seseorang memanggil.

   “Ga, sini ama gua!” Kiddo memanggil dari salah satu kamar sauna. Gua menghampirinya dan masuk kedalam. Kamar sauna itu hanya diisi oleh kita berdua. Gua menutup pintu dan duduk disebelah Kiddo.

   “Oke, gua mau tanya. Kenapa tadi lo senyam-senyum ke gua?” tanya gua.

   “Ga, main yang kaya kemaren lagi yuk.”

    Gua terkejut. Oh My Gosh! Gak gua sangka ternyata dari tadi dia melakukan kegiatan senyam-senyum semi gilanya karena dia pengen begituan lagi sama gua.

   “Buseeeet... jadi itu maksud lo senyum-senyum ama gua?” gua bingung antara tersanjung atau heran. “Emang kenapa?”

   “Enak, Ga.” Kata dia dengan lugunya. Pantes aja Bank mau nerima dia jadi pegawainya. Orangnya gak neko-neko, lugu lagi.
“Semenjak gua dan elo melakukan itu, malemnya gua gak bisa tidur. Gua gak tau apakah itu buruk apa enggak. Tapi gua kepikiran terus malemnya.”

   “Oh ya.” Alis mata gua naik. “Elo suka?”

   “Gua suka, Ga!” dia berkata seperti anak kecil.

   “Elo mau lagi?”

   “Ya elo tau lah.” Mendadak Kiddo meletakan tangannya di paha gua dan mengelus-elusnya. Elusannya langsung membuat peler gua bangun. “Tuh, Ga, punya lo udah bangun tuh. Ayo, main yuk!”

   “Disini panas, Do. Jangan disini lah.” Kata gua.

   “Ya udah. Di apartermen gua.” Kiddo cepat-cepat memberi pilihan lain.

   “Ya udah. Tapi gua mandi dulu ya.”

   “Mainnya dikamar mandi.”

    Gua tertegun sejenak. Buset dah. Apa sebegitu nafsunya kah dia sampe-sampe ngebet gitu. Tapi biarlah. Toh gua ini yang mendapat faedahnya. Gua dan Kiddo bersama-sama keluar dari kamar sauna, berpakaian dan pergi ke aparterment. Dan begitu pintu dikunci. Sambil melepaskan pakaian satu persatu gua dan dia masuk ke kamar mandi. Dan berikutnya, yang gua tau sangat nikmat.

***

Malam minggu gua dan Jhosua hanya diam dirumah saja. Sudah dua DVD kita tonton secara maraton. Kenyang dan bosan. Kita sudah makan, sudah mandi, sudah bersih-bersih rumah. Ngapain ya enaknya. Mau jalan-jalan keluar gua dan Jhosua sama-sama lagi males keluar.

   “Ngapain dong enaknya nih?” tanya gua.

   “Nggak tau. Gua bingung mau ngapain.” Kata Jhosua sambil mengangkat bahu.

   “Ya elah. Elo gimana sih. Mikir dooooong!” kata gua.

   “Elo juga mikir. Enaknya ngapain.”

    Kita berdua diam sejenak. Saling berpikir saling mengerutkan dahi. Mencari-cari hal yang seru untuk dilakukan malam mingguan. Tak lama kemudian Jhosua memberikan ide. Mengingat Jhosua adalah siapa dan apa saja yang biasa dilakukan. Maka idenya pasti tidak akan jauh-jauh dari itu.
    Mendadak dia bangkit berdiri dan pergi kemeja telepon. Ia menelepon seseorang. Berbicara selama beberapa menit kemudian menutupnya. Ia berbalik dan menatap gua.

   “Malam minggu pasti bakalan seru!” dia berkata... dengan senyum mesum.

***

Gua dan Jhosua sudah mengenakan celana pendek dan kaos. Duduk manis di sofa menunggu apa yang sudah dilakukan sepupu gua ini. Sekitar setengah jam gua dan dia menunggu sambil mengobrol tidak penting akhirnya terdengar bunyi ketukan pintu.

   “Nah, itu pasti mereka.” Kata Jhosua.

    Ia lantas bangkit berdiri dan menuju pintu. Membuka pintu dan membawa masuk dua orang.... dua wanita. Sangat cantik, sangat seksi. Gua merasa terkejut.

   “Ga, gua nyewa nih mereka. Pastinya yang high class lah. Gak mungkin lah gua nyari yang dipinggir jalan.” Kata Jhosua. “Elo tuh, sama Ananda. Sepantaran lo sama dia. Gak apa-apa ya, virginnya udah diambil seminggu yang lalu. Masih baru sekali pake, Ga. Jadi pasti masih ada rasanya”

   “Oooooh...” Gua hanya melongo, seraya menatap sesosok cewek cantik, berkulit putih, rambut hitam smoothing panjang dan berwajar oriental. Amat sangat cantik. Gua sempet bingung, kenapa nih cewek milih jadi pelacur. Kalo jadi Miss Celebrity SCTV kemungkinan besar menang nih. Tapi gak apa-apa juga sih. Toh gua yang dapet faedahnya. Hihihi....!

   “Gue sama si Anjani. Ini sih gua yang jebol virginnya.” Kata Jhosua, dan Anjani tersenyum sambil melingkarkan tangannya dileher Jhosua. “Ayo Ga, lo bawa tuh si Ananda ke kamar lo. Kita main malam ini!”

    Gua dan Perek Cewek Cantik itu ditinggal pergi oleh Jhosua dan Anjani. Gua dan Ananda saling berpandangan.

Saturday, November 15, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 4

Pengalaman Pertama Kiddo


Sudah sebulan lebih gua tinggal di apartermen sepupu gua. Hubungan gua ama dia makin deket aja. Kita makin kompakan. Banyak hal seru yang kita lakukan berdua. Gua juga udah semakin terbiasa melihat sepupu gua berjalan-jalan diapartermennya dengan penis yang mengayun-ayun atau dalam keadaan tegang. Gua udah semakin bisa mengendalikan kontrol gua agar nggak konak ketika melihatnya.
    Gua sekarang udah jadi member fitnes yang berada dilantai 2 apartermen tersebut. Ternyata ada banyak cowok ganteng dan cewek cantik disana. Cowok-cowoknya rata-rata udah berbadan jadi, walaupun ada juga yang masih pemula, namun prospeknya untuk memiliki badan bagus udah keliatan. Ada beberapa cowok yang menarik perhatian gua disana. Ada tiga orang dan semuanya sudah berbadan jadi dan berwajah tampan. Satu orang udah berhasil gua ajak sauna bareng setelah gua melakukan kegiatan mengakrabkan diri secara intens dengan dia. Lumayan, sebagai langkah awal. Karena gua bisa melihat dia hanya dengan mengenakan celana dalam saja dengan badan penuh dengan keringat dan peluh. Cowok ini bernama Kiddo, umurnya udah 22 tahun dan baru awal-awal bekerja sebagai pegawai disebuah bank. Gua sedikit beruntung karena dia tinggal diapartermen yang sama namun sayangnya kita berbeda tower. Sementara yang dua lagi masih dalam proses penjajakan.
    Di kampus teman-teman gua mulai bertambah. Satu kelas kita semua sudah saling mengenal. Dan... hehehe... gua berhasil kenalan dengan si cowok cool itu. Cowok yang sekarang menjadi incaran cewek-cewek sekelasnya. Namanya Rafael. Ternyata dia cowok yang introvert, yang pindem banget. Makannya kesan yang dia berikan misterius banget. Itu yang bikin cewek-cewek pada kleper-kleper. Hanya beberapa yang bisa masuk dan akrab dengan dirinya. Dan salah satu yang berhasil adalah gua. Gua lah yang dengan semangat 45’ mengakrabkan diri dengan dia. Makanya semakin lama dia semakin terbuka sama. Gua merasa terberkati setelah mengetahui kalo dia ternyata seorang film maniak. Dia sering banget nonton ke bioskop. Hahahaha.... hobi yang sama. Jodoh kali yeeee... ngareeeep.

   “Casino Royale filmnya keren, ga. Gua nonton dua kali tuh film.” Kata Rafael kita kita berdua sedang makan disalah satu kios dipinggir jalan.

   “Betul banget, Raf. Itu doang tuh, film James bond yang gua tonton dibioskop. Yang lainnya, gua nonton di TV aja. Abis belum begitu suka sih.”

   “Saga Saw, elo suka nggak?” Rafael mengganti topik lain.

   “Gua juga suka tuh. Hostel apalagi.”

   “Hahaha... kita banyak kesamaan ya.” Rafael berkata sambil tersenyum.

   “Iya juga sih.” Gua ikut tersenyum.

Perbincangan kita dengan film terus berlanjut sampai acara makan kita selesai. Setelah itu kita pergi ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Seiring berjalannya waktu hubungan dengan si Rafael semakin dekat aja. Gua tinggal cari waktu yang tepat buat ngajaknya ke apartermen sepupu gua.

***

Gua baru aja selesai saunaan bersama temen gua si Kiddo itu. Waktu saunaan kita sempet ngobrolin film yang entah kenapa malah menjurus kepada film porno. Ternyata Kiddo orangnya terbuka banget. Makannya gua jadi tambah seneng sama dia. Nah dari perbincangan kita ditempat sauna tadi Kiddo berjanji akan membawa dvd film bokep keapartermen gua buat ditonton bareng. Soalnya player ditempatnya lagi rusak. Kalo enggak rusak, ya gua yang ketempat dia buat nonton.
    Gua baru aja selesai mandi ketika terdengar bunyi ketukan dipintu apartermen. Gua yang masih mengenakan handuk berjalan meninggalkan kamar mandi dan menuju kepintu. Ternyata si Kiddo yang datang. Langsung aja gua membuka pintu dan mempersilahkan masuk.

   “Baru mandi lo?” tanya Kiddo ketika dia masuk kedalam. Ditangannya sudah ada beberapa box dvd tanpa cover.

   “Iya, seger banget abis mandi.” Gua menutup pintu dan memimpin Kiddo keruang santai. Sambil berjalan gua melepaskan handuk gua hingga tinggal celana dalam gua. Entah apa yang dipikirkan Kiddo saat melihat tubuh gua dari belakang. “Sini mana DVDnya biar gua setel.”

    Kiddo memberikan kotak-kotak dvdnya ke gue dan gue membuka salah satunya. Mencabut cakramnya dan memasangnya di player. Kemudian gua duduk di sofa yang sama dengan Kiddo. Hehehe... mempersiapkan diri untuk keadaan dimana kita mulai saling terangsang dan menuju kemungkinan saling meraba.
    Menit pertama, biasa, obrolan-obrolan tidak penting. Lima belas menit berikutnya adegan panas udah mulai bermain. Seorang cowok sedang di servis penisnya oleh seorang cewek. Tanda-tanda ada yang bangun sudah mulai terlihat pada diri gue dan pada si Kiddo. Lima belas menit kemudian adegan panas yang sebenarnya sudah terlihat. Sang cowok tampak bersenggaman dengan sang cewek. Penis besar dan tegaknya tampak timbul tenggelam kedalam vagina sang cewek. Mereka berdua berciuman dan tangan mereka saling meraba tubuh yang lain. Adegan ini terlihat sangat penuh nafsu dan gairah.
    Kiddo tampak mulai gelisah. Tangannya juga udah mulai bermain-main di tonjolan pada celana hitamnya. Dadanya sudah mulai kembang kempis. Apa lagi gua. Dari tadi tangan gua sudah masuk kedalam celana dalam gue. Bemain dengan si junior yang sudah bangun.
    Adegan panas masih terus berlanjut. Dan Kiddo tampaknya sudah tidak bisa mengontrol nafsunya. Tangannya sudah masuk kedalam celananya dengan mata terus menatap ke LCD TV tanpa berkedip. Ini kesempatan langka. Pada situasi ini pasti Kiddo mau aja kalo gua apa-apain. Mengingat moment seperti ini banyak gua alami waktu dulu sama temen-temen gua. Biasanya dalam keadaan diselimuti nafsu yang luar biasa, biasanya cowok mau aja kalo diapa-apain. Apalagi jika sudah teman dekat. Memang ada juga yang sial, ditawarin buat disepong yang ada muka malah ditendang. Itu sih yang sial aja. Buat gua, belum terjadi hal seperti itu. Gua melihat Kiddo sebagai sasaran yang empuk. Walaupu dia lebih tua dari gua, dan gua suka itu, dia memiliki pemikiran yang terbuka dan tampaknya mau menikmati hal-hal baru. Semoga saja Kiddo memilki prospek untuk menjadi biseks. Duuuh... jahatnya gue. Oke, waktunya serangan pertama.

   “Do, lo kayanya keringetan deh.” Kata gue seraya memperhatikan peluh di wajah Kiddo. AC emang sengaja gua matiin. Salah satu taktik. “Lepas aja baju lo, daripada gerah.”

    Kiddo menurut. Masih terus menatap tv ia mulai melepaskan kaos hijaunya. Badan seksi dan perut sixpacknya langsung terlihat saat itu juga. Dada bidang dan otot lengannya terlihat saat itu juga. Tangannya kembali masuk kedalam celananya.

   “Celana lo sekalian aja, Do. Kaya gua aja. Bugil.” Gua berkata seraya melepaskan celana dalam gua. Membiarkan sang Iga junior mengokang keras.

    Kiddo sempat melirik ke penis gua sambil mulai melepaskan celana dan celana dalam putihnya. Wuaaaaah.... penisnya... akhirnya gua bisa melihatnya. Panjangnya mungkin anatar 15-16 cm kalinya. Tapi buah zakarnya itu loh. Gede!  Ada rambut kelaminnya tampak menggairahkan mengelilingi sang raja disana. Kiddo tampak sangat seksi dan menggairahkan saat ini. Telanjang dengan tangan kanan mengocok-ngocok penisnya. Kita berdua kembali menonton dalam ketelanjangan kita.
    Pertengahan film, Kiddo tampaknya semakin nafsu. Entah kenapa tangannya mendarat di paha gua. Awalnya diam saja, namun beberapa saat kemudian tangannya mulai bergerak-gerak. Mengelus-elus paha gua. Kepalanya masih saja menatap tv tapi tangannya terus menggerayangi paha gua. Dari paha, lalu bergerak kepangkal paha. Menyelip diantara lipatan paha dan testis gua. Gua udah menghentikan kegiatan onani gua. Karena mungkin sebentar lagi akan ada yang menggantikan. Dan benar saja. Semenit kemudian tangan Kiddo sudah bermain-main di penis gua. Meremas-remasnya lalu mengocoknya. Tangan kiri gua otomatis bermain-main dipenis Kiddo. Tanpa ada penolakan Kiddo menerima servis gua. Kita saling melayani.
    Kiddo mulai mendesah-desah akibat permainan tangan gua. Dan sebagai balas jasanya dia juga memainkan penis gua dengan lebih giat. Waktunya gue menuju serangan tingkat advance. Gairah gua udah diubun-ubun. Peler Kiddo harus masuk ke mulut gua sekarang juga. Timingnya udah pas banget. Situasi mendukung banget! Gue berada pada waktu dan tempat... serta penis yang tepat... hehehe...!

   “Do, peler lo gua isep ya!” kata gua.

    Kiddo menatap wajah gua untuk sebentar. Entah apa yang tersirat dari tatapan mata wajah ganteng itu ketika menatap gua. Namun kemudian ia mengangguk. Izin operasi telah diterima dan prajurit siap bertugas. Gua mendekati penis Kiddo yang tegak menghadap gua. Mata gua tidak berkedip saat mendekatinya. Kiddo juga sepertinya tampak memperhatikan gua yang akan menservis benda pusakanya.
    Semakin dekat dan dekat sampai akhirnya penisnya masuk kemulut gua. Hangat dan nikmat. Gua juga mendengar Kiddo mendesah, tangannya mengelus-elus rambut hitam gua yang sudah lembab akibat kegerahan. Gua juga merasakan tangannya turus dari kepala gua dan mengelus punggung gua. Terus turun kebawah sampai akhirnya tiba dipantat gua dan ia meremasnya. Gua semakin aktif dan semangat menghisap. Dan Kiddo semakin sering mendesah nikmat.
    Bagi gua, saat seorang cowok berhasil ditaklukan adalah ketika dia bersedia menghisap penis kita. Saat itu berarti dia seolah benar-benar berada dibawah kuasa kita. Ketika mulutnya yang perawan dan belum pernah menghisap penis lalu bersedia dimasukan oleh penis kita, berarti cowok itu sudah menjadi benar-benar terbuka. Kita benar-benar saling terbuka dan bebas. Dan itulah yang akan gua coba lakukan.
    Setelah selesai meoral Kiddo selama kurang lebih 10 menit. Gua menarik mulut gua dan berlutut sambil menatap Kiddo. Cowok ganteng itu juga menatap gua.

   “Kini giliran lo, Do. Waktunya elo ngoral gua.” Kata gua. “Gua udah bersedia menghisap penis lo, dan sekarang elo harus melakukan hal yang sama dengan gua.”

   “Tapi gua belum pernah, ga.” Kata Kiddo. “Lagian kan cowok bukan nyepong tugasnya. Tugas nyepongkan untuk cewek.”

   “Lalu yang tadi gue lakuin apaan?” kata gua. “Gak ada salahnya kan. Mulut cowok ama cewek sama aja. Ada lidah ada gigi. Malah mulut cowok lebih ahli karena Cuma cowok yang tau apa yang cowok pengen. Elo tadi gua liat menikmati banget isapan gua. Dan sekarang elo harus belajar memberikan hal yang sama dengan yang gue kasih tadi.”

    Gua bangkit berdiri. Penis tegak gua kini berada didepan mata Kiddo. Cowok ganteng itu menatap penis gua dengan penuh dilema. Ini mungkin pengalaman pertamanya melakukan blow job. Ya tapi elo harus melakukannya, Do. Gue gak mau tau.

   “Gua belum pernah ga.”

   “Makanya elo harus belajar.”

    Dia kembali menatap penis gua. Perlahan-lahan Kiddo mendekatkan kepalanya sampai akhirnya kepala penis gue menyentuh bibirnya. Masih ragu-ragu, ia membuka mulutnya dan membiarkan penis gua masuk kedalam mulutnya. Suara-suara desahan cewek di film masih terdengar keras diruangan. Kiddo akhirnya mulai menghisap. Gerakannya masih kaku karena dia belum terbiasa. Terbesit senyuman dibibir gua. Jahatnya guaaa... ckckckck!

   “Nikmatin, do. Nikmatin. Rasakan. Pikirkan apa yang harus lakukan agar bisa memuaskan pasangan lo.” Kata gua menyemangati Kiddo.

    Dia mulai merespon. Gua merasakan lidahnya mulai bermain-main di penis gua. Kepalanya juga sudah mulai maju mundur. Matanya terlihat tertutup. Tampaknya dia memang sedang berusaha memberikan servis yang baik.
    Hanya tiga menit gua kasih dia kesempatan. Karena mungkin ini masih pertama jadi gua nggak mau ngasih kerjaan yg terlalu berat buat dia.

   “Sekarang elo berdiri, do.” Perintah gua seraya duduk. Kiddo berdiri dengan patuh. Kini gua yang menatap penis Kiddo. Kiddo tampaknya sudah tidak mempedulikan film bokepnya. Kini ia sedang berkonsentrasi pada pengalaman pertamanya bercinta dengan pria. Dan gua akan membuat dia mencintai pengalaman pertamanya. Gua mau bikin dia merasakan sensasi yang nikmati saat gala premiere ini.

   “Ini, gua bakalan memberikan servis yang nggak bakalan elo lupain seumur hidup do. Lebih hebat dari servis cewek. Elo siap?”

    Kiddo mengagguk siap. Mulut gua langsung saja melumat penisnya Kiddo. Gua berikan servis terbaik kepada benda kesayangan si Kiddo itu. Gua memberikan kemampuan oral yang paling yahud yang gua bisa. Dan benar saja, Kiddo tampak menikmati. Ia merasakan sensasi hisapan pada penisnya yang luar biasa.

   “Ga, enak banget ga... aaaaahh.... gua suka bangeeeeet.... terus gaaa.” Kiddo berkata diantara desahannya.

    Itu aja? Belom, mendadak telunjuk gua masuk ke lobang anusnya. Kiddo tambak terkejut sebentar. Namun kemudian ia berusaha untuk beradaptasi. Telunjuk gua bermain-main didalam anus Kiddo. Membuat Kiddo merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Sesekali badannya mengejang dan sesekali mengeluarkan dasahan cepat... “Ahh...! auh...!”

    Hampir sepuluh menit gua memberikan servis penuh keterampilan itu sampai tiba-tiba Kiddo menarik penisnya dari mulut gua.

   “Kenapa Do?” gua bertanya dengan bingung.

   “Gua mau keluar, ga. Tapi gua tahan.”

   “Bagus, bagus... karena gua gak mau tugas lo tidak lo laksanakan. Kini waktunya elo oral gua lagi.”

    Kiddo menurut. Ia langsung berlutut dan kembali mengoral gua. Wow, progresnya cukup baik. Dia sudah bisa mengoral jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin karena oral gua barusan dijadikan pembelajaran baginya. Kedua tangan gua berada dikepala Kiddo dengan sesekali menjambaknya karena terlalu menikmati. Lalu sama seperti Kiddo, gua menarik kepala Kiddo menjauh dari penis gua.

   “Kenapa ga?” dia bertanya, seakan cukup terganggung karena gua menarik kepalanya. “Gak enak ya?”

   “Bukan, tapi gua mau keluar. Gua tahan aja. Supaya kita bisa keluar bareng-bareng.” Kata gua sambil menatap wajah lugu Kiddo. Dia tampak seperti anak kecil yang kaget karena permennya diambil. Saat ini gua melihat Kiddo sebagai cowok tertampan dan terseksi. Wajahnya yang penuh keringat, bibirnya yang basah serta mata lugunya yang membuat gua ingin sekali menciumnya.

    Gua mencoba mendekatkan wajah gua dan melihat Kiddo tampak diam saja. Terus mendekat dan mendekat dan melihat Kiddo hanya diam saja. Dan akhirnya... bibir gua mendarat dibibirnya. Dia hanya diam saja. Tidak menjauh namun tidak membalas ciuman gua. Gua menarik bibir gua lagi. Gua lihat wajah Kiddo yang tanpa ekspresi. Gua cukup merasa bersalah karenanya. Merasa bersalah dan hambar.

   “Baiklah... mari kita selesaikan ini semua.” Kata gua mengalihkan fokus perhatian. “Gua yang keluarin duluan, baru elo, do.” Kiddo mengangguk.

    Kiddo kembali mengoral gua. Membiarkan ia kembali mencoba mengeksplorasi kemampuan dia dalam blow job. Kedua tangan gua meraba-raba tubuhnya sejauh yang gua bisa. Pinggul gua bergerak-gerak erotis menikmatis sensasi yang diberikan Kiddo. Dan gua mendesah-desah nikmat memberikan motivasi kepada Kiddo agar dia lebih giat lagi bekerja.

   “Gua mau keluar, do. Jangan lo berhenti!” perintah gua sambil menutup mata.

    Kiddo semakin cepat mengoral. Mulutnya maju mundur dengan cepat sampai akhirnya... crot-crot-crot... tepat saat Kiddo menarik mulutnya dari penis gua. Sperma gua keluar dan mengenai wajah tampan Kiddo. Gua kocok terus penis gua sampai titik sperma penghabisan keluar dari penis gua. Lalu gua membuka mata gua dan melihat wajah Kiddo yang berlumuran cairan putih. Dia tidak menggerakan bibirnya, takut sperma gua merembes masuk kedalamnya. Kemudian gua mengambil handuk gua dan melap bibir merah Kiddo. Gua tersenyum dan dia juga tersenyum.

   “Sekarang giliran gua yang ngeluarin, ga. Ayo ga. Gua udah gak sabar.” Kata Kiddo sambil tersenyum. Karena kini giliran dia yang akan merasakan puncak kenikmatan. Dia duduk disofa dan gua berlutut didepannya. Langsung melumat penisnya dan memberikan kenikmatan yang bisa gua berikan padanya.

    Semakin lama desahan Kiddo semakin keras dan penuh gairah.

   “Ga, enak gaaa... aaaaah.... terus gaaa...!”

    Gua semakin cepat dan nafsu menghisap.

   “Aaaah.... terus ga... enak banget!”

    Tangan Kiddo menjabak rambut gua lalu mengelus-elus punggung gua.

   “Ayo ga, gua mau keluar nih. Terus ga, nikmat banget!”

    Gua menghisap semakin cepat, tangan gua juga mulai bermain agar Kiddo bisa memberikan tembakan yang maksimal nanti.

   “I’m commiiing!” Kiddo menjerit cukup keras.

    Gua semakin cepat menghisap. Kiddo mendadak menjambak rambut gua dengan keras. Ia mendesah kuat dengan nasfanya yang cepat. Lalu tubuhnya mengejang beberapa kali dan cairan hangat masuk kemulut gua. Kiddo terus menembakan sperma berkali-kali ke dalam mulut gua.

    “AAAAAHHHH...!!!” dia terus mendesah kuat. Begitu menikmati puncak kenikmatan ini.

    Masih terus mengejang dan menembakan spermanya kemulut gua. Bahkan sedikit spermanya ada yang tertelah tanpa sengaja. Ia masih terus mengejang namun semakin lama semakin mereda sampai akhirnya ia berhenti dan menarik nafas dalam-dalam. Gua melepaskan mulut gua yang sudah penuh dengan sperma. Menumpahkan spermanya ke handuk lalu mengelap mulut gua. Sementara itu Kiddo masih mengatur nafasnya dengan menutup mata. Gua beranjak ke kamar mandi untuk merendam handuk.
    Saat gua kembali gua melihat Kiddo masih saja duduk dengan telanjang disofa. Film sudah ia ganti dengan acara tv. Ia langsung menoleh kearah gua begitu gua tiba. Gua mendekatinya dan duduk disebelahnya.

   “Iga, makasih ya. Tadi itu hebat banget. Sumpah, gua gak bohong. Barusan adalah pengalaman seks yang paling-paling-paling nikmat yang pernah gua rasain. Elo hebat banget.” Kiddo berkata sambil memeluk gua dengan satu tangan.

   “Elo juga hebat ga. Oral lo luar biasa.”

   “Hehehe... tapikan masternya elo, ga. Elo yang ngajarin.”

   “Jadi, setelah ini. Bagaimana perasaaan elo setelah melakukan blow job?”

    Kiddo tampak biasa saja. Lalu menjawab dengan santai. “Biasa aja. Gua gak merasa apa-apa. Emang bener kata lo. Gak ada salahnya. Gak ada yang salah dengan semua itu.”

   “Oh ya?”

   “Iya.”

   “Oke, kalo suatu saat nanti elo gua suruh ngisep punya gua lagi gimana?”

   “No problem.” Kata Kiddo.

    Hahaha... dia sudah berada dibawah kekuasaan gua. Kiddo berhasil gua taklukan. Berikutnya, kita berdua menonton tv dalam ketelanjangan kita. Menyaksikan berita sambil mengobrol bebas. Serasa dari awal pertemuan tadi kita hanya mengobrol saja.

***

Gua sedang menyaksikan serial di Trans 7 ketika sepupu gua si Jhosua a.k.a si pantat montok pulang. Kiddo sudah pulang satu jam yang lalu. Tidak seperti biasanya. Dimana kita tiba dia langsung melepaskan segala pakaianya, kali ini dia langsung duduk di sofa seberang gua.

   “Dih, buka baju loh. Kan kalo nyampe apartermen harus buka baju. Aturan lo tuh.” Gue berkata melihat si Jhosua duduk masuk berpakaian lengkap.

   “Udah tau gua. Gak usah ngajarin gue lo. Gua capek banget nih. Tadi gua abis kerja rodi. Gua abis di romusha! Gila bener dah.” Jhosua menjawab dengan lemas.

   “Haaahk... romusha? Maksud lo?” gua bertanya bingung.

   “Dikantor kerjaan gua numpuk, belum lagi saat gua mau nganter dokumen ke bos gue, yang cewek itu, dia malah minta ‘main’ sama gua.” Jhosua menjelaskan dengan lemas. Dari mukanya keliatan kok dia capek banget. “akhirnya selama dua puluh menit gua ngeseks sama tuh cewek semok. Berikutnya sebelum pulang, temen kantor gua si Vivi minta juga. Katanya nagih janji gua minggu lalu. Gua udah minta tunda soalnya stamina gue udah mau abis. Tapi dia maksa. Akhirnya gua terpaksa mainan lagi sama dia. Sayangnya karena persediaan sperma gua udah gua keluarin sama bos gua, otomatis sama si Vivi jadi lebih lama. Karena peju gua keluarnya lama.”

   “Ooooh...” Gue meng-o Panjang. “Terus, hubungannya ama ini apa?”

   “Ini semua jadi tanggung jawab lo!”

   “Haaaahk...!”

   “Elo harus mijit gua. Badan gua mau hancur nih.”

   “Wuidih... gua gak bisa mijit.” Gua berusaha menolak.

   “Bodo... yang tapi kan elo minimal pernah liat orang mijit atau dipijit kan. Elo inget-inget tuh waktu itu.” Jhosua bangkit berdiri dengan lemas. “Gua tunggu di kamar. Cepetan!”

    Berikutnya sepupu gua itu berjalan masuk kedalam kamar. Buset, mijit! Gua mah gak jago. Tapi... Jhosua itu keliatanya emang butuh pijitan deh. Keliatannya lemes banget. Dan lagi pula, dia Cuma kali ini minta sesuatu sama gua. Yang dia berikan buat gua udah banyak banget. Jadi gak ada alasan bagi gua buat nolak... yaaaah... apa boleh baut. Gua harus berusaha sebisa mungkin. Gua harus memberikan yang terbaik. Walaupun gua juga agak capek sih. Tidak tahu kah kau sepupu, bahwa tadi sore gua juga abis kerja rodi sama temen gue si Kiddo. Mulut sama tangan gue capek.
    Gua pergi kedapur dan mengambil minyak. Menuangkannya disebuah mangkok kecil dan berjalan menuju kamar Jhosua. Pintunya tidak ditutup. Begitu gua masuk Jhosua sudah tengkurap dalam posisi telanjang.

   “Cepetan ga... kaya bentar lagi gua mau mati nih. Cuma elo yang bisa nolongin.” Kata Jhosua.

   “Lebay loh.” kata gua sambil tersenyum...

    Haaaah... skor gua sama Jhosua sama. Satu-satu. Sama-sama capek. Cuma satu faedah dari acara pemijitan ini. Gua bisa meraba dan meremas seluruh... SELURUH tubuh Jhosua sesuka hati... hmmm cukup worthed lah.

Friday, November 14, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 3

Hari Pertama Kuliah


Hari pertama kuliah, bagi gua cenderung membuat gua gugup. Ini adalah hari pertama dimana gue memasuki jenjang pendidikan dengan gaya berbeda. Gua nggak perlu lagi bangun jam 6 pagi dan berusaha melawan serang kantuk dan berjalan ala orang mabok ke kamar mandi. Menerima siksaan air dingin dan memaki-maki walaupun berikutnya gua berterima kasih karena menjadi segar.
    Tapi hari ini gua memasuki dunia pendidikan dengan gaya yang berbeda. Ada jam kuliah siang hari, ada jam kuliah sore hari dan ada juga yang pagi. Seperti pagi ini, gua masuk kelas pertama gua adalah pada jam 10.30 pagi. Ruang kelas saat itu lumayan ramai. Hampir semua kursi diisi oleh mahasiswa baru. Hehehe... sindrom mahasiswa baru, rajin masuk kuliah. Gua tau kedepan nanti beberapa dari mereka akan menghilang entah kemana. Mungkin ada yang hamil atau menghamili. Lalu  memutuskan untuk kawin dan berhenti kuliah.
    Gua masuk kampus sini sendirian. Oh sayang sekali. Iya, temen-temen gua waktu SMA pada mencar entah kemana. Dan sialnya Cuma gua doang yang masuk kampus ini. Saat itu gua duduk di kursi paling belakang. Berkumpul bersama dengan para mahasiswa baru cowok. Duduk manis mendengarkan dosen gua berbicara dengan penuh khidmat. Hahaha... pastinya pelajaran hari ini akan menjadi fokus kalau saja mendadak mata gua tidak terpaku pada seorang cowok yang duduk dideretan bangku tengah. Dalam sekejap seluruh fokus gua buyar karena dia. Karena waktu ia menengok kebelakang untuk sekali waktu saat itulah gua langsung nggak bisa ngelupain mukanya yang macho dan ganteng itu. Sejak saat itu gua senantiasa memperhatikan gerak-geriknya. Kulitnya berwarna coklat keputihan. Satu kasta sama gua. Ada tonjolan bidang didadanya. Satu kasta sama gue. Lengannya terlihat keras. Satu kasta sama gua. Berarti tuh cowok salah satu orang yang suka beribadah di Kuil Fitnes.
    Sewaktu keluar kuliah tampak ia keluar sendirian. Wuaaah... kayanya dia juga sama dengan gue dalam kasta yang lain. Sama-sama masuk kampus ini sendirian. Gua mengikuti dia dari belakang. Kemana dia bakalan pergi. Tidak seperti mahasiswa lain yang senantiasa menunggu lift walaupun lift itu datang setengah jam kemudian, cowok itu langsung melangkah menuju tangga. Pilihan yang sehat dan tidak membuang waktu. Memang benar, karena ia sampai dilantai dasar lebih cepat. Gua terus mengikuti dia dengan berjarak. Setibanya dilantai dasar ia mencari tempat yang cukup sepi lalu duduk dan langsung memasang earphone dan mendengarkan musik dari Ipodnya. Dia menyendiri...
    Dan semenjak peristiwa itu, gua semakin tertarik pada dirinya.

***

   “Biasa aja ya yang namanya kuliah.” Kata gua sambil berendam di Bathub besarnya Jhosua.

   “Biasa gimana. Gua tuh ya kalo disuruh milih antara kuliah dan jadi anak SMA, gua lebih milih jadi anak SMA.” Kata Jhosua sambil mencukur jenggotnya dalam ketelanjangannya. Bersyukur bathube gue berbusa, sehingga dia tidak perlu melihat bahwa Iga Junior sudah bangun dan mengeras sekeras baja.

   “Kalo gua disuruh milih antara kuliah sam SMA, gua lebih miliiih...” gua mendadak diam.

   “Milih apa?” Jhosua bertanya penasaran. Ia sudah selesai mencukur dan kini mengeringkan dagunnya dengan handuk.

   “Nggak milih dua-duanya...” kata gua sambil nyengir.

   “Yeeee... semprul. Gimana sih lo.” Jhosua kini berjalan mendekati gua. Gua bingung, jangan-jangan gua diminta nyepongin pelernya lagi. Ternyata bukan (Sayang sekali.  “Geseran lo, gua mau ikutan berendam.”

   “Mana muat bego.” Gua berkata sok nggak mau.

   “Nggak usah banyak gaya deh lo. Bathub gue tuh bisa muat sampe kesebelasan. Geseran!”

    Gua hanya menggeser sedikit, karena memang masih banyak ruang buat Jhosua. Jhosua bergerak perlahan-lahan memasuki bathub. Gua terus memperhatikan penisnya yang bergerak-gerak lembut seperti bandul pada jam. Goyang kiri, goyang kanan. Keadaanya tidak tidur namun tidak tegang. Membuatnya terlihat besar. Kapaaaan ya bisa gua remas tuh penis. Gemes gua.

   “Aaah... angeeeeet.” Kata Jhosua ketika seluruh tubuhnya udah masuk. “Ceritain ke gua sekarang. Di kampus elo ngapain aja.”

   “Yaaa banyak. Gua ketemu orang-orang.” Gua menjawab dengan begonya.

   “Opung-opung juga tau kalo dikampus elo ketemunya sama orang. Masa sama kebo.” Jhosua mencipratkan airnya kemuka gua dan tersenyum. (Opung = Nenek)

   “Hehehe... ya dikampus gua masuk kelas. Belajar istirahat terus belajar lagi di kelas lain. Baru gua pulang. Udah gitu aja?”

   “Ya ampun... standar banget hidup lo.” Kata Jhosua menyindir.

   “Nah lo sendiri dikantor ngapain.”

   “Ya kerja lah.”

   “Yeeeee, kebo juga tau kalo elo di kantor kerja. Masa ngentot!”

   “Nah, tuh lo tau.”

   “Haaahk? Maksudnya?”

   “Iya. Itu dia... selain kerja gua juga itu.”

   “Haaahk... yang bener lo. Elo juga... ngeseks!” gua berkata tidak percaya.

    Jhosua tertawa sambil menatap gua. Tawa yang memiliki arti; “Hahaha... kemana aja lo.”

   “Oke, ini antara kita berdua aja. Lo bisa jaga rahasia nggak?” Mendadak Jhosua jadi serius.

   “Oke, gua bisa jaga rahasia.”

   “Serius lo?!”

   “Iya gua serius. Kalo ampe gua buka rahasia lo. Terserah deh elo mau ngapain gua. Elo perkosa gua, gua rela.”

    Jhosua masih diam. Tapi tak lama kemudian ia mengangguk. Waaaah? Yang bener? Gue beberin ah, biar dia nanti merkosa gua... dasar pikiran nista.

   “Jadi, ya itu kerjaan gua. Gua dikantor emang kerja. Kerja yang normal. Ngurus ini itu. Tapi gua juga suka bercinta sama cewek-cewek. Sama temen kantor gue, sama office girl yang cantik banget, bahkan sama bos gua sendiri.”

   “Yang bener lo!” kata gua nggak percaya.

   “Iya gua serius, ga. Emang itu kehidupan gua. Gua suka banget ngeseks.”

   “Yaaah... nggak aneh sih. Secara penampilan sih emang elo udah mendukung untuk jadi mesin seks.”

   “Gua seneng berfantasi dalam bercinta.” Jhosua kembali melanjutkan. “Gua pernah three some, gua perna orgi, gua pernah ngeseks 3 kali dalam satu hari, gua pernah ngeseks dialam terbuka, di atap rumah, di tengah hutan, di atas kapal, kolam renang, jalan tol, toilet kantor, ruang bos.”

    Mata gua melotot... haaaaaaaaaaaaaaaakkk... sebegitu gilanya kah sepupu gua ini. Sebegitu kuatnya kah nafsu seksualnya sampai-sampai sudah melakukan ekspansi wilayah kerja seksualnya sampai ketengah hutan. Luar biasa.

   “Gua pernah bercinta sama sapi!” Jhosua berkata antara bangga dan malu.

   “Haaahk... WUAHAHAHAKAKAKAK! SAPI!” Gua sontak terbahak-bahak. “Ampe sapi aja elo embat, Jhos! Yak ampuuun... sudah merambah dunia fauna rupanya ya.”

   “Iya, gua pernah pergi keperternakan sapi milik bokapnya temen gua dan kita banyak melakukan tindakan gila-gilaan. Termasuk bercita dengan sapi.”

   “WUAHAHAHAHAH... wah, lain kalo coba jerapah.” Gua masih terbahak-bahak mendengar penuturan gila sepupu gua ini. Masih nggak abis pikir gua, sampe hewan pun dia mangsa. “Eh tapi.” Gua mendadak serius. “Elo nggak ada fantasi bercinta sama anak kecil kan. Elo nggak pedofil kan?!”

   “Ya enggak lah. Gua nggak pernah kepikiran untuk bercinta sama anak kecil. Yang ada gua malah jijik. Gua malah marah. Gua pernah ngeliat tuh video anak cewek umur 9 tahun dientot sama bapak-bapak. Gila. Pengen banget gua bunuh tuh bapak-bapak.”

   “Bagus lah...” kata gua merasa bersyukur. Soalnya gua juga termasuk pembenci pedofil. “Dan kalo emang elo senang berfantasi seksual. Apakah ada dalam fantasi elo itu, bercinta dengan pria?” Wuuuuh... timingnya pas banget nih.

    Gua menunggu reaksi Jhosua. Dia hanya diam doang belum menjawab. Jawab kek! Penasaran nih.

   “Entah lah. Pernah terlintas.” Dia akhirnya berkata. “Tapi gua belum begitu tertarik.”

    Oooooooh... belum begitu tertarik yaaa... entar deh gua tarikin. Gampang Jhos ama gua. Objeknya aja udah ada didepan lo. Ayooo, sekarang tertarik yuk!

   “Ooooh... tapi misalkan kalo ada kesempatan dan waktunya tuh pas banget. Gimana?”

    Jhosua kembali terdiam. Bingung jawab yaaa... gua tau jhos, pasti dalam fantasi elo minimal lebih dari satu kalo elo menghayalkan bercinta dengan sesama jenis. Terbukti dari prestasi seksual lo yang udah merambah kedunia hewan.

   “Enggak tau deh...” Jhosua menjawab sekenanya.

   “Oh, ya udah.” Kata gua. Berikutnya kita berdua larut dalam diam. Jhosua kini sedang bermain bebek-bebekan warna kuningnya dalam dia dan gua hanya diam mencari topik lain. “Oh ya, elo kan udah berhasil merambah ke dunia hewan.” Gua kembali berbicara. “Kenapa nggak elo coba mencoba peruntungan di dunia tumbuhan. Bercinta dengan bunga bangkai misalnya.”

Jhosua tersenyum geli dan mencipratkan air ke muka gua. “Dasar begoooooo...!”

Dan kita berdua pun tertawa.

***

Gua dan sepupu gua memasak makan malam bersama. Gua masak telur mata sapi dan sosis sementara Jhosua membuat jus alpukat. Pekerjaan yang menyenangkan dilakukan bersama.

   “Jhos, kancut lo bagus deh. Gua numpang ngelap ya.” Kata gua sambil meper minyak ke kancut putihnya Jhosua.

   “Ah elo bego. Kotor bego!”

    Lalu lima menit kemudian. “Ga, ada kotoran tuh di kancut lo. Gua bersihin ya.” Katanya sambil mengelap-ngelap tangan dipantat gua.

   “Gua tau elo memper, nyet.”

   “Hehehe...” dia nyengir.

    Berulang kali kita saling meper-meperan, yang rata-rata dibagian pantat. Dan setelah makan selesai biasanya kita bakalan pergi ke kamar masing-masing untuk mengganti celana dalam. Ngotor-ngotorin kain aja.

   “Ga, gua baru beli DVD ini nih.” Jhosua menggangu acara nonton berita gua sambil memberikan sebuah DVD film.

   “Wuidih... film Pocong 2 nih. Seru-seru-seru, gua nggak sempet nonton dibioskop dulu.” Kata gua langsung semangat.

   “Iya nih. Tapi kata temen gua filmnya serem banget. Gua juga belum nonton sih. Makanya gua pinjem. Penasaran abisnya.”

   “Ya udah, setel aja. Penasaran juga nih gue.”

   “Oke, gua setel ya.”

    Jhosua kemudian pergi kedekat tv dan memasang DVD film Pocong 2 tersebut. Setelah itu ia menaikan volume pada level yang cukup tinggi dan mematikan lampu ruang santai. Kini kita berdua duduk sofa dan siap menikmati film pocong tersebut. Sebuah rasa penasaran yang berujung pada penyesalan.

***

Sialaaaaan.... dasar film siaalaaaan... gila bener dah. Serem banget. Gara-gara tuh film laknat gua jadi nggak bisa tidur. Bawaanya parno mulu. Sumpah gua jadi ketakutan. Gua nggak berani meluk bantal guling. Takut-takut yang gua peluk berubah jadi pocong. Gua nggak berada pake selimut. Takut-takut pas gua buka selimut pocong muncul. Gua jadi sering merasa pocong sedang tiduran dibelakang gua. Takuuuut... mama takuuuut.... semakin parno. Gua nggak berani menatap tv. Takut muncul muka pocong disana. Gua nggak berani megang hape, takut kalo ternyata pocong yang miscall. Gua nyalain semua lampu dikamar gua tapi tetap aja gua takut. Serem bangeeeet.... gua parno mampus.
    Ini nggak bisa dibiarin... nggak boleh. Bisa-bisa gua nggak tidur-tidur. Bisa-bisa gua beneran didatengin pocong. Secara gua sekarang tinggal diapartermen. Atau jangan-jangan, ini bukan apartermen. Ini kuburan. Jangan-jangan selama ini gua tinggal dikuburan. Atau jangan-jangan si Jhosua... arwah penasaran... pocong! TIDAAAAAAAAAKKK...! GUA TAKUUUUUUTT!!!
    Gua harus bertindak sekarang juga. Harus do something! Sekarang juga!

   “Jhooos...! Jhosuaaaa..!” Gua mengetok-ngetok pintu kamarnya. Masih parno karena takut pocong muncul dari kiri atau
kanan gua. “Jhooooossss....!” gua kembali mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

    Pintu kamarnya akhirnya terbuka.

   “Kenapa lo?” tanyanya.

   “Gua tidur ama lo ya... gua parno banget nih sekarang. Tuh pocong masih kepikiran mulu.” Kata gua penuh permohonan.
“Boleh ya jhos... Pleaseeeeee...!”

    Reaksi tak terduga muncul.

   “Iya deh, Ga. Gua juga takut soalnya.” Muka Jhosua juga tampak ketakutan. Hahaha, ternyata, macho-macho takut juga sama pocong. Sama aja ama gue. “Pocongnya nongol mulu dipikiran gua. Gua jadi bawaanya takut mulu. Yuk masuk yuk, tidur bareng gua. Takut nih... masuk yuk!”

   “Yuuuuk!”

    Gua masuk kedalam kamar Jhosua dan naik ketempat tidurnya. Ternyata lampu kamar Jhosua juga dinyalakan semuanya. Jhosua juga naik ke tempat tidur dan menarik selimut. Kita berdua siap untuk tidur sekarang. Walaupun masih ada takut-takutnya, tapi paling tidak kita merasa sedikit lega. Jhosua merasa sedikit lega. Gua juga merasa sedikit lega. Dan gua juga mulai merasa sedikit... birahi.

Monday, November 10, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 2

Tinggal Bersama Sepupu


Melelahkan juga mencari apartermen sepupu gua itu, setelah turun dari bus dengan membawa koper yang besar (Sialan, nyokap gue pelit banget, sih. Masa gua nggak boleh naik taksi.) gua harus berjalan sejauh 200 meter agar bisa tiba di apartermen sepupu gua. Setelah sampai didepan gedung apartermen gua langsung saja salah tingkah dan makin malu aja. Beneran deh nyokap gue. Coba kalo gua naik taksi dan turun didepan gedung dengan dibukain pintu, Ada prestisenya dikit. Ini gua kesannya kaya orang kampung aja. Bawa-bawa tas gede. Bokap gua lagi, pelit banget nggak mau nganter. Martabat gua dalam seketika langsung luluh lantak ketika orang-orang yang berada disekeliling gua memperhatikan gua. Beberapa kemungkinan yang gua dapat:

   “Ih, ini orang kampung apa alien?”

   “Yak ampun, bawa-bawa tas segede gaban mau kemana tuh orang. Nggak mungkin kayanya dia tinggal disini.”

   “Wah ada teroris nih.”

    Gua dengan kepedean yang dipaksakan berjalan memasuki lobi apartermen tanpa mempedulikan tatapan orang-orang. Aduuuh, malunya gue.
    Singkat cerita gua sudah tiba dilantai 17. Mencari-cari untuk sementara waktu sebelum gua berhasil menemukan apartermen yang dimaksud. Gua mengetuk beberapa kali sampai pintu dibukakan. Si pantat montok yang membukakan. Dengan hanya mengenakan handuk yang dililit dipinggang dia mempersilahkan gua untuk masuk.
    Apatermennya nyaman banget, luas dan keren. Ada jendela besar yang menjulang dari lantai sama langit-langit membuat seolah tidak ada benda yang menghalangi. Ada sofa-sofa yang nyaman dengan sebuah karpet lembut ditengahnya dan dipenuni bantal-bantal. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik yang paling up to date. Apartermen yang bagus... kapaaaaan ya gua punya yang kaya beginian.

   “Naik apaan lo kesini, ga?” sepupu gua sambil melepas lilitan handuknya dan menyisakan celana dalam putihnya. Handuknya ia gunakan untuk mengeringkan kepala.

   “Bus.” Jawab gua sambil membantingkan badan gue ke sofa empuknya. Dalam sekejap gua langsung suka tuh sofa. Pokoknya harus jadi hak milik.

   “Bus?”

   “Iya, bus!”

   “Gila, panas-panas gini, bawa tas segede apaan tau, naik bus! Hebat banget lo!” Jhosua berkata sambil cekikikan.

   “Nyokap gue pelit. Bokap gue make mobil ke pesta. Sumpah ya, diluar panas mampus. Neraka bocor tuh!” kata gua, mengutuki global warming. Ayo lah go green!

   “Ah kaya gini mah nanti malemnya pasti ujan deras.” Kata Jhosua, ia berkata dari dalam kamarnya. Sepertinya ia sedang berpakaian. “Bersyukur lo gua punya AC. Jadinya badan lo langsung sejuk kan.”

   “Iya sih, bener.” Sahut gue sambil nyengir masih menikmati sofa dan dinginnya AC.

    Tak lama kemudian Jhosua keluar sudah dengan pakaian rapih. Sepertinya ia akan pergi ke acara formal, terlihat dari kemeja, Jas dan celana yang benar-benar membuat dia sangat tampan dan keren.

   “Ga, sini, ga!” dia memanggil gua.

    Gua bangkit dan menghampirinya. Ternyata ia menunjukan kamar yang akan gua tinggali nanti. Wow, kamar yang nyaman. Walaupun ada nilai minusnya, tidak ada jendela. Tapi semua oke-oke aja. Lagian gua sadar diri kali. Udah dikasih kamar, malah minta jendela. Tempat tidurnya besar yang muat untuk dua orang pemain basket NBA tidur. Ada AC (yes!) dan peralatan eletronik seperti LCD TV, DVD dan komputer. Wow, enak banget gue ya. Nginep gratis plus fasiltas tingkat eksklusif, gila beneeer. Ajiib dah...!

   “Elo di kamar sini. Kamar sebelah tuh kamar gue. Nih kamar udah lengkap nih ama asesorisnya, jadi jangan di rusak ya. Oke!”

   “Oke bos! Tenang aja ama gue. Gua mah orangnya bersahabat ama teknologi.” Kata gua masih nyengir-nyengir kuda. Duuuh, kampungan bener dah gua.

   “Udah, elo taruh dah baju-baju lo di lemari.” Katanya. “Gue mau pergi ke pesta kawinan.”

   “Lah, bukannya masih lama kawinan kakak lo?” tanya gue dengan begonya.

   “Bukan yang itu o’on.” Kata Joshua sambil terkekeh. “Ya itu mah masih lama. Ini kawinan temen gua. Oh ya, dikulkas nggak ada makan. Yang ada nugget. Elo kalo laper masak nugget aja. Gua belum belanja soalnya. Kalo bosen lo internetan aja, atau mau game. Oke, sob. Gua pergi dulu.”

   “Oke.”

    Dan Sepupu gua itupun pergi meninggalkan gua sendirian diapatermennya. Setelah terdengar bunyi pintu tertutup gua menuju lemari. Lemarinya kosong, ya iya lah. Gua mulai memasukan baju-baju gua kedalam lemari. Lalu setelah itu sepatu-sepatu yang gua bawa. Setelah selesai gua langsung naik ketempat tidur. Merebahkan diri menikmati empuknya tempat tidur. Gua akhirnya tinggal disini. Berdua! Sama si pantat montok! Wuakakak... senangnya gua. Pasti dah dalam 4 tahun udah berhasil ngubek-ngubek dalemannya si Jhosua.
    Btw, sekarang gua lagi sendirian. Mau makan, masih kenyang, nyokap masaknya tadi enak banget. Aha... gua tau sekarang. Gua bangkit dari tempat tidur dan menuju keluar kamar. Hahaha... waktunya tur apartermen. Waktunya gua acak-acak apartermen.

***

Ruangan pertama yang gua jelajahi adalah ruang santai. Ruang santainya ini berada disudut. Ruangan yang sangat nyaman dan keren banget. Ada dua sofa super nyaman dan empuk diatas sebuah karpet bulu yang lembut. Di salah satu tembok menggantung LCD tv ukuran gede... nonton videonya Sean Cody disini pas di zoom penisnya segede apa ya? Wuakakak... dasar pikiran nista! Dibawahnya terdapat pemutar film blue-ray, lalu terdapat sebuah rak yang (wow!) memuat banyak sekali film-film. Mulai dari DVD sampai Blue-ray film. Dari indo sampai mancanegara. Banyak bener! Gue cek satu-satu, walaupun nggak semuanya sih. Gila aja. Emang bener, semua kasetnya asli. Waah... sepupu gua kurang ekonomis ya. Di rumah gua DVD kebanyakan yang bajakan version. Tapi gambarnya setara qualitas asli. Secara gua memiliki insting yang kuat dalam memilih kaset DVD yang baik.
    Speaker 7.1 dipasang sesuai dengan aturannya. Pastinya kalo nonton Pirates of Carribean seru banget suaranya. Dalam sekejap gua langsung jatuh cinta sama ruangan ini. I Love Movie, dan sekarang gua berada dalam ruangan yang sangat mendukung kecintaan gua sama film. Keren banget dah.
    Ruangan berikutnya adalah ruang makan. Meja makan modelnya sederhana tapi indah. Dapurnya juga sederhana tapi penuh dengan teknologi pendukung. Sepupu gua emang maniak teknologi nih. Gua buka kulkas, emang bener. Kulkasnya tinggal dikit isinya. Ya sudah, cukup sampai disini aja. Gua pindah ketempat lain.
    Setelah beberapa ruangan gua jelejahi akhirnya gua menuju ruangan akhir. Kamar si Jhosua. Pintu kamarnya nggak ke kunci. Gua bukan pintunya perlahan-lahan dan masuk. Gile beneeer... kamarnya keren banget. Lebih keren dari kamar gue. Ada jendelanya lagi. Sebuah tempat tidur besar yang diselimuti sprei putih, sebuah meja dengan seperangkat komputer, lampu kerja dan beberapa peralatan lainnya terdepat disalah satu sisi. TV LCD menggantung disisi yang lain. Ada kamar mandi yang sepertinya menjadi penghubung kamar gua dengan dia. Ada sebuah sofa untuk satu orang, ada walking closet, pokoknya kamar sepupu gue keren banget.
    Gue menuju salah satu lemari kecil yang berada disamping meja kerjanya dan menggeser pintunya. Hahaha... benar dugaan gua. Lemari itu adalah harta bokep. Ada bertupuk-tumpuk majalah impor pria dewasa, ada bertumpuk-tumpuk DVD-DVD bokep, ada beberapa kotak kondom. Wuakakaka... jadi geli sendiri gua. Sepertinya lemari ini emang lemari bokep, soalnya penuh dengan barang-barang maksiat.

***

Malam hari gua sedang menonton acara tv sambil tidur-tiduran di sofa. Trans TV sedang menayangkan film The Matrix Revolution, ah ngapain ditonton, DVDnya ada disini. Beralih ke RCTI, Wadooooh... sinetron muluuuu... gila lama-lama gue. Udah kenyang dari jam 6 sore sinetron mulu. Akhirnya gua berlabuh di Metro TV, nonton berita aja dah. Lebih berguna.
    Terdengar suara pintu terbuka, gua melihat sepupu gua sudah pulang. Mungkin karena mendengar suara tv dia langsung menuju ke ruang santai.

   “Lama banget lo baliknya?” tanya gua ketika dia duduk disofa seberang.

   “Ngumpul-ngumpul dooong, rajin banget gua langsung pulang.” Jawabnya seraya duduk dan melepaskan sepatu kulit hitamnya.

    Kemudian si Jhosua pergi sebentar lalu kembali lagi sambil membawa segelas air minum.

   “Ga, ada yang gua perlu kasih tau nih.” Kata Jhosua, ia duduk dan meletakan gelasnya.

   “Apaan?” gua menanggapi serius. Elo gay ya? Atau paling enggak bi. Iya kan! Ngaku aja deh biar gue seneng.

   “Jadi begini. Kebiasan gua kalo diapartermen adalah Cuma make daleman aja.” Katanya seraya mulai melepaskan kancing kemejanya. “Senin sampai jumat biasanya gua Cuma pake celana dalam aja. Sabtu dan minggu gua tanpa busana.”

   “Haaaaahkk...!” gua terkejut. “Yang bener lu!” (Yes-Yes-Yes!)

   “Iya bener, gua serius.” Kata Jhosua. Kini ia mulai melepaskan celananya. Celana dalam putihnya langsung terlihat dan tonjolan yang sangat gua suka itu juga terlihat. “Jadi selama didalam apartermen, selama Cuma kita aja. Kita harus begitu. Senin sampai jumat, underwear only, sabtu minggu, full naked. Tapi kalo elo mau seminggu berbugil ria sih nggak masalah. Tapi sabtu minggu tuh wajib.”

   “Tar kalo tiba-tiba ada tamu dateng?” Tanya gua.

   “Ya pake baju lah.” Jawab Jhosua. “Beberapa temen cowok gua juga udah tau dengan kebiasaan gua ini. Sering malah mereka ikutan.”

   “Temen cewek?”

   “Iya, beberapa dari mereka juga suka ikutan kalo mampir ke sini.” Kata Jhosua. “Jadi, elo harus ikutin semua aturan itu.”

    Gua diam sejenak. Aturan yang aneh. Tapi biarin juga sih. Toh gua juga demen bershirtless ria kalo dirumah. Disini Cuma tambah extra nakednya aja. Melakukan berbagai kegiatan dengan telanjang kaya asik juga sih. Merasa sangat bebas dan seru. Ya udah kalo gitu. Gak masalah. Gua malahan seneng.

   “Gak masalah.” Kata gua sambil tersenyum.

   “Oke kalo gitu.” Jhosua kini sudah kembali duduk hanya dengan celana dalam saja. Dia sekarang malah bersantai di sofa seberang sambil ikutan nonton. “Sekarang lepas baju lo!”

   “Oh iya, ya.” Gua baru sadar kalo gua masih berpakaian lengkap. Lepasin didepan dia, duh belum biasa nih. Tapi gua bodo ah. Gua lepas aja kaos gua lalu menurunkan celana pendek gua. Menyisakan celana dalam gua aja.

   “Wah putih juga nih punya lo. Susah nih tar bedainnya.” Kata sepupu gua.

   “Biarin aja lah. Campur jadi satu.”

   “Elo nggak penyakitan kan?”

   “Ya enggak lah, ‘Joni’ gua mah sehat selalu.”

    Jhosua tampak diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk-angguk dan kembali nonton. Ia setuju. Kita berdua kemudian meneruskan menonton dalam kesemitelanjangan kita. Namun semuanya tampak biasa aja. Seakan gua sudah melakukannya bertahun-tahun yang lalu.


***

Gua terbangun sekitar pukul 9 pagi. Tidur yang menyenangkan dan sehat barusan. Gua bergerak-gerak di tempat tidur untuk merenggangkan otot-otot gua. Setelah itu gua duduk bersender sambil menyalakan tv pake remote. Acara yang gua saksikan sekarang adalah masak-memasak. Hari apa ini... kok ada acara masak-memasak jam segini. Gua ganti chanel ke metro TV. Wah acara properti nih. Si Fenny Rose lagi berbicang-bincang di helikopter. Ini berarti... hari sabtu.

   “Naked Saturday!” kata gua langsung teringat. Gua melihat kedalam selimut gua. Gua masih mengenakan celana dalam. Gua harus melepaskannya. Maka tangan gua secara perlahan menyusup kedalam selimut dan melepaskan celana dalam gua. Menariknya keluar sambil memandangnya.

   “Hallo, Mr. Calvin Klein. Kamu bebas tugas untuk hari ini.”

    Gua kemudian melempar kancut gua itu kesembarang tempat. Gak peduli mendarat dimana. Gua kembali menonton tv dengan bertelanjang ria.

***

Pukul setengah sepuluh gua mendengar suara musik dari luar kamar. Si pantat montok udah bangun kayanya. Hahaha... pasti dia telanjang deh sekarang. Penasaraaaaan...! gara-gara adat istiadat aneh itu akhirnya gua bisa dengan mudah melihat dia telanjang. Nggak perlu ngintip!
    Gua bangkit dari tempat tidur dan dengan bertelanjang ria gua dengan pedenya keluar kamar. Celingak-celinguk sebentar mencari keberadaan mahluk Tuhan paling seksi itu. Ternyata dia berada didekat jendela besar. Gua melihat itu! Melihat pantat montok. Pantat yang sudah lama ingin ku lihat. Jhosua sedang berstreching ria menghadap jendela. Gua terhipnotis... betapa seksinya dia saat melakukannya. Tubuhnya yang kencang, pantatnya yang seksi dan berisi. Otot-otot yang menghiasi badannya. Oh Tuhaaan... keren banget sih. Pengen banget gua remas-remas pantatnya. Pengen juga melihat bagian depannya.

    Ayo balik badan-ayo balik badan!

   “Ga, udah bangun lo!” katanya seraya membalikan badan. YES!

    HOREEEEEEEEEE...! GUA MELIHATNYAAAAA! LUAR BIASA! Bener kan dugaan gua. Penis dia gede. Dalam kondisi tidur aja cukup panjang. Apa lagi pada mode siap tempur. Kira-kira 19 centi kali ya. Orang Indo emang keren.

   “Udah dari jam 9 gua bangun.” Jawab gua seraya beralih ke wajahnya.

    Jhosua menatap gua sambil tersenyum. Sepertinya senyuman seorang guru yang berhasil menangkap basah murid sedang nyontek.

   “Ngeliatin apaan lo?” tanya Jhosua menggoda. “Demen lo sama peler gue?”

   “Ah, enggak. Cuma kagum. Gede juga punya lo.”

    Jhosua mendekati gua dengan bangga. Bangga ada yang kagum sama senjata andalannya. “Iya, dong. Keren kan! Punya lo emang segede apa sih?” ia berkata sambil memegang-megang penisnya. Mau pamer ama gua. Dasar! Hati-hati Jhos, bisa-bisa gua sosor tuh peler.

   “Gede juga laaaah...” kata gua gengsi.

   “Hahaha... tapi masih kalah sama punya gua.” Katanya. “Lo kapan mulai masuk kuliah?”

   “Senen besok. Elo nggak ada acara hari ini?”

   “Nggak ada.”

   “Oooh... terus kita ngapain dong enaknya?” tanya gua.

   “Nggak tau.”

   “Oooh... ya udah...” gua berkata seraya berbalik. “Gua mandi ah... biar seger...”

   “Eh, bareng dong.” Tiba-tiba Jhosua berkata. Ia kemudian mengekor dibelakang gua. Dua orang pria ganteng dan keren berjalan telanjang menuju kamar mandi. Berikutnya kita berdua bersama-sama masuk ke kamar mandi... Ooooh, i love saturday...

Friday, November 7, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 1


Living With My Cousin

A Story By : Rafael Kiddo



Tamu Di Sore Hari


Gua baru aja bangun dari tidur siang ketika adek gue yang cantik itu menggedor pintu dengan cukup keras.

“Woy banguuun, ada tamu! Disuruh mama bangun! Cepetan!”

Cukup bingung juga gue ngeliat adek gue itu. wajahnya emang cantik dan badannya mungil, tapi suaranya itu loh, yang kalo teriak bisa bikin cowok-cowok il’fill. Gua akhirnya memaksakan diri untuk bangun dari kasur empuk gua yang sebenarnya masih pengen gue terus tiduri. Bagaimana enggak, gerimis dan suhu dingin yang menyusup masuk dari jendela kamar gua yang terbuka membuat tidur gua rasanya lebih nikmat.
Gua keluar dari kamar dengan hanya mengenakan celana boxer hitam saja. Ehem... badan bagus sih jadi seneng show off.

“Norak deh lo. Gak usah pamer-pamer badan disini deh. Badan bagus percuma kalo nggak ada yang nyantol.” Adek gue pernah berkata pada suatu hari, karena risih melihat kelakuan gua.

“Biarin.” Gua membalasnya.

Gua hendak saja masuk keruang tamu ketika nyokap gua muncul seketika dan melihat penampilan gua.

“Aduh Iga, kamu ini gimana sih. Pake baju ah. Malu-maluin aja.” Kata nyokap gue seraya memutar badan gua.

“Tamu siapa sih. cewek apa cowok?” tanya gua karena males make baju.

“Tamunya laki-laki, tapi kamu harusnya sopan dong.” Kata nyokap gue. “Mama mau ambil minum. Pokoknya kamu harus sudah berpakaian yang benar saat mama liat kamu lagi.”

Akhirnya gue dengan malas kembali ke kamar dan mengambil kaos hitam dan mengenakannya. Setelah itu langsung aja gue ke ruang tamu. Iya, memang benar tamunya cowok. Umurnya kira-kira udah 25 tahunan. Saat pertama gua liat sih. Gila, nih cowok kece bener. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang hitam polos dengan lengan digulung. Kemudian ia mengenakan celana bahan hitam yang keren banget. Kulitnya putih kecokelatan dan kalo dari hasil terawangan gua dia sekasta juga sama gua. Punya badan bagus. Mukannya masih ada unsur bataknya namun sudah terkontaminasi dengan orang barat. Ya karena ayahnya yang merupakan orang batak dan ibunya yang keturunan Kanada.

“Nah ini dia jagoan Uda nih.” Kata bokap gua. (Uda artinya paman. Dalam adat batak memiliki paman yang lebih muda dipanggilnya Uda. Maaf gua kurang ngerti adat batak, gua batak Murtad hehehe...)
Gua menyunggingkan senyum tanpa gosok gigi sambil mengulurkan tangan.

“Waaah... ganteng ya anak uda.” Kata tamu itu setelah kita selesai berjabat tangan. “Banyak kali pacarnya ya.”

“Dia sih bilangnya belum ada. Tau deh, ada yang salah kali sama dia.” sang bokap berkata. Wedew... bokap gua, what is the maksud tuh.

“Eh, cewek, lo bantuin mama sana ambil minuman.” Kata gua ke adek gua yang dari tadi tentram duduk di sofa sebelah gua.

“Pegel gua, capek.” Kata adek gua menolak. Sebenarnya ia menikmati berada diantara cowok-cowok ganteng disana. Gua sudah tau sifat lo wahai adik.

“Nah Ga, kau manggil dia abang. Dia abang kamu ini. Oke!” kata bokap gue.

“Iyaaaa...” kata gua.

Setelah mengobrol banyak akhirnya gua tau. Tuh cowok namanya Jhosua. Dia kerja sabagai salah satu eksekutif muda di sebuah perusahaan terkenal. Dia tinggal disebuah apartermen sendirian, dan maksud kedatangannya adalah untuk mengantarkan undangan. Dari pagi dia udah nyebar undangan dan kebetulan rumah kita yang dapet terakhir. Niatnya sih pengen langsung pulang namun hujan semakin deras dan roman-romannya pengen banjir. Belum lagi bokap gua yang memaksa buat nginap, akhirnya si Jhosua setuju aja.

“Iga, nanti kamu kalo tidur kaki jangan kemana-mana. sekarang ada orang disebelah kamu. Jadi jaga kaki, jaga tangan!” kata bokap gua. Emang bener, gua kalo tidur kaki dan tangan gua senantisa aktif. Terkadang gua tidur dengan posisi kepala sisi satu dan bangun mendapati kepala gua sudah berada disisi berlawanan.

Hujan ternyata masih saja mengguyur sampai malam, ketika akhirnya gua merasa ngantuk dan siap untuk tidur. Dari ruang tv gua berjalan sambil melepas kaos dan masuk ke kamar. Biasa sebelum tidur gua menjalankan ritual yang diajarkan orang tua gua sejak kecil. Cuci muka dan gosok gigi. Gua masih senang melakukannya sampai sekarang. Di kamar mandi gua yang berada didalam dikamar gue, gua mencuci muka pake Men’s Biore Whitening lalu menggosok gigi dengan Pepsodent Whitening. Saat sikat gigi gua mendengar suara pintu kamar terbuka dan masuklah si jhosua itu. Gua menyelesaikan sikat gigi gua dan mengelap muka.

“Ada kaos nggak, Ga?” tanyanya sambil duduk di kasur.

“Ada sih banyak, tapi yang ukuran elo nggak ada deh.” Kata gua. “Kalo mau maksaain sih bisa, tapi nanti elo nyesek.”

Badan gua sama dia sih sama-sama berotot namun badan dia sedikit lebih besar dari gua.

“Terus gimana dong?” tanya Jhosua agak kecewa.

“Elo kaya gua aja. Tidur pake daleman. Gua kalo tidur emang suka begini. Kadang gua malah telanjang kalo tidur. Biar bebas bergerak.” Kata gue cuek.

Si Jhosua lalu meng-O panjang. Setelah itu ia mulai menanggalkan pakaiannya. Gua memperhatikannya karena dia membelakangi gua. Saat kemeja dibuka ukiran otot dibadannya langsung terlihat. Dia memang berbadan bagus. Kemudian ia suara gesper terbuka gua denger, berikut suara resleting dan selanjutnya ia menurunkan celana. Dengan posisi membelakangi gua, pantat montoknya langsung say hai sama gua. Gua terpaku saat itu juga. Benar-benar badan yang Indah. Kini ia hanya menggenakan celana dalam aja. Baju dan celannya ia sampirkan di kursi.

“Ada handuk nggak?” tanyanya, seraya berbalik. “Gua mau mandi dulu.”

“Pake aja handuk gua. Ada di kamar mandi.” Kata gua, langsung menatap mukanya.

“Oh, oke.” Kata dia. Joshua kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sejenak gua menyaksikan indahnya tubuh cowok itu. Tipe gue banget. Gue emang suka sama cowok yang lebih tua dari gue. Ditambah berbadan bagus dan berwajah tampan. Paket A+ deh.

Lima belas menit kemudian si Jhosua keluar. Tampak segar dan bersih. Dia kembali dengan kancut yang sama. Gua sempat memperhatikan kancutnya. Ada tonjolan yang besar disana. Waduuuh... pastinya batang gede nih. Ia kemudian naik ketempat tidur dan bersiap untuk tidur. Namun sebelumnya gua sempat terlibat obrolan singkat dan minim intelektualitas dengannya. Kira-kira sabagai berikut.

“Kerja lo enak ya. Jadi eksmud.” Kata gua.

“Biasa aja lagi.” Katanya. “Elo, kelas berapa, Ga?”

“Kelas tiga.” Jawab gua. “Lagi nunggu hasil UAN nih.”

“Wah, gimana nih. Yakin lulus nggak elo?” tanyanya.

“Enggak tau. Tapi waktu ujian satu kelas kerja sama semua. Moga-moga aja lulus.”

“Amiiin... elo lulus pasti.”

“Udah ada calon, bang?” gua mengalihkan pembicaraan. “Calon istri maksud gua.”

“Belom... masih nyari.” Katanya. “Elo?”

“Masih nyari juga.”

“Wah, sama dong. Hahaha...”

“Iya...”

Lima menit kemudian kita berdua memutuskan untuk mulai tidur. Karena udara semakin dingin dan hujan pun belum menunjukan tanda-tanda berhenti. Gua matikan lampu dan siap tidur. Berharap aja kaki gua nggak kemana-mana entar.

***

Pagi hari gua terbangun. Tuh bener kan kaki gua masih kemana-mana. Namun yang gua cukup kaget kaki gua mendarat didekat penis si Jhosua. Dan lebih terkejut lagi saat itu penisnya sedang mengeras. Biasa lah kalo pagi-pagi, pasti ada aja yang nonjol. Benar kata gua, kalo sepupu gua ini memiliki penis yang besar. terbukti saat ini kuatnya tegangan penisnya sanggup menarik bagian atas celana dalamnya. Sehingga gua dapat melihat bulu-bulunya dan sedikit siluet penisnya dengan jelas. Jantung gua berdebar dan penis gua yang dari awal sudah keras tambah keras lagi. Gilaaa... pagi-pagi gua udah dapet pemandangan gratis aja.
Untuk sejenak gua mengocok-ngocok benda pusaka gua sambil menikmati pemandangan gratis tersebut. Hanya sebentar karena gua nggak mau nembak pagi-pagi. Gua juga teringat kalo Jhosua minta dibangunkan pagi-pagi. Akhirnya gua bangunkan sepupu gua dengan menggoyang-goyangkan badannya. Perlu semenit bagi gua untuk membangunkannya. Dan saat ia terbangun dia cukup kaget dan setengah malu karena mendapati dirinya sedang dalam penampilan yang kalo didepan cewek bisa merubah cewek menjadi mesin pemerkosa yang aktif. Apa lagi kalo didepan cowok gay. Wah, nggak tau deh.

“Nggak usah malu, bang. Gua juga suka tegang kalo pagi-pagi. Biasalah kalo cowok.” Kata gua menenangkan.

“Hahaha...” Dia tertawa garing. “Ya udah, gua mandi dulu ya. Pinjem handuk lo lagi, ya!”

“Oke!”

Sepupu gua itupun kemudian beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi. Mata gua masih saja terpaku sama pantat montoknya itu. Kapan ya, gua bisa ngelus-ngelus tuh pantat. Bikin gemes aja.
Menjelang siang sepupu gua itu pamit pulang setelah mengucapkan berkali-kali terima kasih atas tumpa-ngannya. Dan setelah itu hari-hari berjalan seperti biasa. Walaupun terkadang gua masih teringat sama si montok itu. Kapan ya gua bisa ketemuan lagi sama dia. belum apa-apa udah kangen.

***

Sudah dua bulan berlalu. Gua sudah bersiap-siap masuk kuliah. NEM gua ternyata bagus. Ya jelas. Orang jawaban UAN kelas gua berpatokan pada Paham “Satu Untuk Semua”. Makannya nilainya pada nggak jauh beda dan nggak jauh-jauh dari bagus.
Oh ya, sebelum berpisah dengan teman-teman SMU gua. Gua melakukan beberapa Acara Perpisahan dengan teman-teman cowok gua secara privat. Maksudnya nggak rame-rame. Cuma gua berlima aja. Di Sekolah gua punya satu teman Homo yang sama-sama ganteng cuma bedannya dia bukan anggota fitnes. Jadi badannya ala kadarnya aja. Setelah acara perpisahan selesai dan ketiga temen gua pergi. Gua dan temen spesial gua itu memutuskan untuk melakukan seks perpisahan. Dan ya gua dapatkan pada malam hari dirumahnya adalah sebuah pengalaman seks hebat yang nggak bisa gua lupakan. Gua bermain sangat liar malam itu. sama-sama ganas, sama-sama penuh nafsu. Semuanya berakhir saat kami saling berciuman sambil melakukan jerk-off dengan tangan lawan. Luar biasa...
Tiga hari berikutnya gua melakukan seks pelepasan dengan temen cewek yang udah jadi patner senang-senang gua. Nindy Fransiska Binti Trash Bin. Heheehe... Binti Trash Bin-nya sih gua yang nambahin. Gua sama dia sih nggak pacaran. Cuma dia pernah bilang ke gua; “Kalo elo nafsu dan butuh pelampiasan, ke gua aja.”
Dan beberapa hari kedepan dia akan kuliah di luar negeri dan meminta gua untuk ‘bermain’ untuk yang terakhir kalinya. Gua yang sudah menyiapkan pasokan tenaga dan sperma sudah siap pada malam harinya. Kita melakukannya di mobil disebuah perbukitan pada malam hari. Sang cewek senantiasa berteriak-teriak dan mendesah. Menaikan gairah gua. Hebat-hebat deh pokoknya...
Dari dua peristiwa diatas kalian pasti sudah tau kalo gua. Aiga Dunnovan adalah seorang Biseksual. Dan gua sangat nyaman dengan keadaan gua. Walaupun keluarga gua belum tahu. Tapi, it’s oke lah.
Oke, sekarang masalah berikutnya adalah, rumah gua dengan kampus, walaupun jaraknya cuma dari Bekasi ke Jakarta, tapi malesnya jalannya itu ribet. Gua paling males kalo begitu. Bokap gua nyuruh nge kost. Tapi nyokap gua ngelarang. Katanya takut gua jadi hancur. Lah, dia nggak tau kalo anaknya udah ancur dari sananya, Wuakakak...! nyokap yang lugu. Dari perundingan kita bertiga akhirnya bokap memutuskan akan membelikan motor Honda CBR buat gua. Senangnyaaaaa... namun tiba-tiba nyokap gua menginterupsi. Gua mengira nyokap bakalan berkata sama kaya sebelumnya. Takut gua jadi hancur. Hancur secara harafiah. Secara gua seneng kebut-kebutan. Namun dia mengatakan sesuatu yang membuat seluruh perundingan ini menjadi tidak berguna.

“Kampus kamu kan cukup deket sama apartermenya si Jhosua.”

Ting-ting-ting....! Ahaaaa....!

Emang nih nyokap gua paling inget deh sama cowok cakep. Sama si Jhosua inget aja.

“Betul banget ma! Iga tinggal disana aja. Nggak pake bayar, nggak pake hancur! Betul kan!” gua berkata dengan samangat. Gairah akan ketemu sisepupu montok mulai tidak terkendali. Gua nggak kebayang bakalan menghabiskan hidup gua selama 4 tahun bersama si montok pengundang birahi itu nanti.

“Betul-betul!” nyokap gua juga seneng. Karena pilihan yang sangat ekonomis tersebut. “Entar mama coba telepon si Jhosua ya.”

“Jadi, motornya nggak jadi ya!” kata bokap gua juga senang. Uang puluhan juta nggak jadi dikeluarkan.

“Iya-iya-iya, nggak perlu. Ngapai naik motor. Naik Kopaja juga bisa.” Kata gua. “Kalo Iga mau olah raga, Iga bisa juga jalan.”

“Uuuuh, lebih ekonomis tuh.” Kata nyokap gua semakin berbibar-binar. Dasar tukang ngirit! Hehehe...

“Mama coba telepon dulu.”

Berikutnya gua mendengar percakapan nyokap gua dengan si Jhosua.

“Halo, Jhosua ya... ini inanguda, sayang. Jhos, si Iga boleh tinggal disitu ya... ooh, bukan, soalnya kampusnya deket sama apartermen kamu. Ya daripada ngekost, inanguda takutnya dia ancur karena pergaulan bebas. (Gua tersenyum geli. Masih lugu diaaa... hahaha... *Ketawa setan*) Boleh nggak?... apa? boleh! Yang bener! Oooh... bagus lah kalau begitu. Makasih ya sayang.... iya-iya... eh nggak usah. Biar si Iga aja yang bawa barang sendiri. Kan udah besar dia. Oke, ya-ya... makasih amang ya...” dan telepon ditutup.

“Horeeee...!” gua beteriak senang.

“Oke, siapin lah barang-barang kau. Biar kesana kau tinggal.” Kata bokap gua.

Dengan senang hati, papa. Gua langsung aja pergi ke kamar untuk menyiapkan pakaian. Wooohoooouuu....! senangnya.... Si montok bakalan menemani gua. Diapartermenya! Berdua! Senangnyaaa...! Penasaran... apa aja yang bakal terjadi selama 4 tahun nanti.