Thursday, December 18, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 9

Rafael, Kiddo dan Jhosua 2


Perkuliahan hari ini sama saja dengan hari-hari yang lain. Pelajaran gua terima dengan format masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Gua tuh males banget denger pelajaran tuh dosen. Bikin ngantuk banget. Ya walhasil gua malah bengong aja nungguin tuh dosen selesai berceramah. Namun pada saat kuliah gua juga menikmati mengamati Rafael yang duduk didepan gua secara diagonal. Kegiatan yang lebih membuat perasaan gua lebih baik dari pada dengerin kotbah sang dosen. Kembali gua mengamati cowok putih itu. Wajahnya yang putih dengan alis yang tebal serta bibir yang agak kemerahan. Matanya tajam seakan dia sedang mengamati sesuatu. Rambut ikalnya yang hitam berkilau dan berpotongan pendek. Sekilas Rafael mengingatkan gua kepada Andhika Pratama dalam bentuk yang lebih berisi dan berotot. Kenapa? Karena gua udah melihat dirinya dalam keadaan telanjang. Bahkan pernah merasakan dirinya! Kan Andhika kurus. Kalo Rafael lebih berisi dan berotot, walaupun tidak terlalu berotot karena itu tidak seksi.
Dan selama gua mengenalnya Rafael tidak suka mengenakan pakaian yang norak-norak. Dia senang berpenampilan biasa namun entah kenapa itu yang selalu membuatnya tampak keren. Dia lebih suka mengenakan kaos lengan pendek, dan jika lengan panjang dia akan menggulungnya sampai diatas siku. Sementara celana, dia senang memakai celana jeans yang sedikit lebih besar. Entah kenapa, kalo menurut gua lebih asik. Karena setiap dia berjalan maka tampak tonjolan dibagian penisnya. Seakan dia selalu konak setiap saat padahal itu karena celananya yang kebesaran. Dia tidak mengenakan jam tangan. Hanya beberapa gelang saja yang dipakai dilengan pergelangan tangan kanannya. Sementara pakaian dalam? Hmmm... kalau kuliah dia tidak suka mengenakan kaos dalam, dia hanya mengenakan celana dalam putihnya. Dia akan mengenakan kaos dalam jika itu acara formal yang membutuhkan baju-baju seperti kemeja dan Jas.
Saat kuliah berakhir gua dan Rafael bersama-sama langsung pulang dengan mobil Rafael. Karena hari ini perkuliahan Cuma satu mata pelajaran.

“Bentar lagi natalan nih. Enakan kemana ya?” tanya Rafael seraya menyetir.

“Dirumah aja gua mah.” Jawab gua seraya menggaruk-garuk jembut gua. Gatel nih.

“Yah, gak asik banget lo.” Kata Rafael. “Lo ngapain sih garuk-garuk tuh jembut.”

“Gatel banget nih. Gini nih malesnya punya jembut lebat bikin gatel. Oh ya, gua baru inget kalo gua bakalan balik kerumah bonyok gua buat natalan disana.”

“Gua juga sih.”

“Oooh...” waktunya gua mengalihkan pembicaraan. “Raf, gua nanya dong.”

“Apaan?”

“Sebelum sama gua, elo udah pernah ML sama siapa aja?”

“Kenapa lo nanya begituan?”

“Enggak. Cuma mau nanya aja.”

“Ooooh... gua udah beberapa kali. Ama cewek apa ama cowok nih ya lo tanya?”

“Dua-duanya.”

“Sama cewek, gua udah banyak. Dia itu mantan gua. Dia menyenangkan, temen yang seru saat jalan bareng temen. Cewek yang penyayang saat lagi berduaan. Patner sex yang asik saat lagi bercinta.”

“Terus kenapa elo bisa putus sama dia?” buset deh, gua blak-blakan banget yak.

“Heeaahhh...” Rafael mendesah. “Gara-gara dia pernah nangkep basah gua sedang ber 69 sama temen gua. Dan dia cowok.”

“Oooh...”

“Dia gak marah. Cuma dia nanya aja. Orientasi seksual gua kemana. Gua jawab gua biseks. Kan dia pernah ngerasain tongkat gua kan. Dan dia pernah bilang kalo dia puas sama gua. Namun semenjak itu komunikasi gua sama dia mulai jarang dan berkahir gua merasa emang kita udah putus saat pembicaraan itu. Bagi gua jika lebih dari dua bulan tidak ada komunikasi maka gua anggap kita berdua udah putus.”
Gua manggut-manggut aja dengernya. Merasa menikmati cerita Rafael.

“Setelah itu gua pernah pacaran lagi sama cewek. Tapi gua putusin tiga bulan kemudian. Karena yang ada dipikirannya Cuma seks dan seks aja. Kewalahan gua. Kewalahan peler gua.”

“Oh ya?!”

“Seminggu gua bisa 8 kali bercinta. Gua sih kuat-kuat aja ngelawan dia. Cuma gua jengah aja kalo hubungan gua sama dia hanya sebatas seks. Makanya gua putusin.”

“Oooooh.” Gua kembali manggut-manggut.

“Lalu gua memutuskan untuk ngejomblo aja terus. Dan selama itu gua udah bercinta dengan beberapa cowok.” Kata Rafael. “Oke, sekarang elo!”

“Gue?” tanya gua. “Sama kaya elo. Cuma gua dengan mantan gua putus baik-baik, karena dia mau kuliah keluar negeri.” Kata gua. padahal gua blum pernah pacaran ama cewek. Paling Cuma sex patner aja si Nindy. Tapi gua bilang aja pacaran biar gak 1-0 gua sama Rafael. “Selain itu gua juga punya temen cowok yang juga patner sex gua.”

“Ooooh...” Kini giliran Rafael yang manggut-manggut.

Dan perjalanan pun terus berlanjut.

***

Gua bertelanjang ria dengan Kiddo di ruang santai apartermen Kiddo. Gua tiduran dipahanya sambil menonton DVD. Sementara Kiddo duduk bersandar disofanya sambil menyesap coca-cola dingin. Gua baru saja bercinta dengan Kiddo. Membayar hutang gua dengan Kiddo. Entah kenapa Kiddo semakin nafsu bercinta dengan gua. tadi saja dia lebih lama dan lebih nafsu menghisap penis gua. Dan untuk pertama kalinya setelah 7x kali berseks ria. Kiddo bersedia gua tusuk. Pastinya dengan hati-hati karena ini adalah pengalaman pertama baginya. Gua mengenakan kondom dan gua tambah lagi dengan minyak. Kiddo yang tiduran dengan kedua kakinya berada diantara kepala gua tampak siap. Wajah lugunya yang tampan tampak menampakan ketakutan namun ada rasa ingin yang besar.
Begitu gua memasukannya perlahan-lahan dia tampak menutup mata karena sedikit perih. Tangannya tampak mencengkram sofa putihnya.

“Terus masukin ga, gua siap.” Kata Kiddo dalam rintihannya.

Gua menurut dan setelah masuk kedalam gua mulai memaju-mundurkan penis gua. seiring waktu Kiddo tampak mulai menikmatinya. Ia sudah tidak tampak kesakitan lagi namun sudah bisa menikmatinya. Semakin lama dan semakin lama dia semakin menyukaiannya. Karena rasa sakit yang dia rasakan pada awal berubah menjadi rasa nikmat yang tiada tara.
Semua berakhir pada saat gua menumpahkan sperma gua didada bidangnya Kiddo. Lalu gua menum-pahkan spermanya dibadannya. Lalu gua dengan nafsunya mencium Kiddo. Dia membalasnya.
Kini gua dan dia bersantai dalam ketelanjangan sambil menyaksikan film Fight Club.

“Gua kirain sodomi bakalan sakit terus. Tapi Cuma pertamanya doang ternyata. Lama-lama asik.” Kata Kiddo. Dia lalu mengelus-elus rambut gua. “Elo masih mudah udah hebat ya.”

Gua hanya tersenyum karena gua tau Kiddo beberapa tahun lebih tua dari gua. namun gua dan dia herannya bisa begitu akrab.

“Nah elo kan juga udah ngerasain nusuk orang. Gua.” kata gua.

“Iya. Enak ya.” kata Kiddo sambil nyengir.

Gua bangkit dan duduk bersandar disamping Kiddo. “Ngomong-ngomong udah ada patner yang lain blom?”

“Blom. Masih elo aja patner ngeseks gua.”

“Kalo yang cewek?”

“Nah itu dia. Gua lagi pedekate sama cewek. Mau dijadiin pacar. Kan gak juga pengen ngerasain punya cewek. Masa gua ngerasain tongkat mulu.”

“Jadi...” Gua cukup terenyuh. “Elo blom pernah bercinta sama cewek dong?”

“Belom.” Kiddo menjawab dengan lugunya.

“Yak ampuuuuuun....” kata gua. “Tak kusangka kau blum pernah bercinta sama cewek. Jadi gua dong yang ngambil keperjakaan lo?”

Kiddo menangguk-angguk sedikit bingung.

“Ya, baguslah. Dari pada elo malah beneran suka sama cowok. Gua takutnya begitu aja.”

“Iya. Padahal sebelumnya gua sama sekali gak ada niat atau rasa untuk bercinta sama cowok. Baru ama elo aja gua jadi... entah kenapa... mau.”

“Dan elo udah ngerasain semuanya. Dihisap, menghisap. Ditusuk, menusuk, ditelan dan... menelan elo belom ya?”

“Nelen apaan?”

“Sperma.”

“Belom. Emang rasanya gimana?”

“Unik kalo kata gua. Rada-rada amis gitu deh. Agak jijay sih emang. Elo mau nyoba?”

“Enggak ah.” Kata Kiddo.

“Ya udah. Tapi emang elo harus cari pacar do. Elo ganteng.” Kata gua seraya mengamtai wajahnya yang agak oriental namun ganteng banget dan rambutnya yang dipotong pendek. Dia sangat tampan dan manis sekali. “Elo punya badan yang bagus.” Gua mengamati dadanya yang menyembul kedepan, biceps dan tricepsnya yang keras. Perutnya yang sixpack, pahannya yang terbentuk indah dan otot-otot lainnay. “Ehmmm... peler yang luar biasa.” Gua memegang pelernya yang sedang tidur. Yang kalo konak bisa sampai 17cm. Dengan bulu-bulu yang tumbuh disekitarnya. “Elo tuh paket sempurna.” Gua teringat akan pekerjaannya sebagai karyawan bank. “Jangan sampai elo sia-siain, do.”

“Iya sih. Gua juga gak mau selamanya ngentot sama lo terus. Kan bosen juga.”

“Wah sialan lo.” Kata gua. “Jadi elo udah bosen sama gua.”

“Enggak gitu juga sih.” Kiddo langsung nyengir kuda. “Elo ama lo gua masih betah. Cuma gua pengen aja ama cewek.”

“Baguslah.”

“Jangan marah ya.”

“Gua gak marah kok.”

Kiddo tersenyum sambil menatap gua dan akhirnya mengelus-elus kepala gua. gua kembali tiduran dipaha atasnya.

***

Gua baru aja selesai makan ketikan Jhosua pulang. Dia berjalan masuk kedalam apartermen dan melempar tasnya ke sofa diseberang gua. Lalu, seperti yang sudah menjadi kebiasaan yang natural, dia mulai melepaskan sepatu, lalu melepaskan kemeja hitam bergaris-garisnya, kaos dalamnya dan terakhir celana bahan hitamnya. Kemudian menyampirkan di lengan kursi dan duduk bersandar dengan bercelana dalam saja.

“Elo nggak minta mijit lagi kan.” Kata gua.

“Enggaaaaak... tenang aja.” Kata Jhosua. “Udah makan lo. Makan apaan?”

“Mesen.”

“Oooh... kenapa gak sekalian gua?”

“Punya lo ada tuh, di meja makan.” Kata gua. “Gua mah baek, gak makan sendirian. Inget orang yang kesusahan.”

Jhosua bangkit dari sofa. “Sialan lo ngatain gua.” kata dia sambil tertawa kecil. “Orang susah mana mungkin bayar lima juta Cuma buat mijet ama dikocok doang.”

“Hahaha... iya-iya.”

Jhosua kembali tak lama kemudian sambil membawa nasi hoka-hoka bentonya. Membukanya lalu mulai menyantapnya dengan sumpit.

“Tanggal 24-27 nanti gua bakalan Prancis. Mau ada perlu disana. Elo nggak apa-apa gua tinggal sendirian?”

“Wah gua juga balik tuh ke rumah tanggal 24-26. Mau natalan dirumah.”

“Kebetulan banget kalo gitu. Gua berangkat pagi. Jadi elo aja yang ngunci nih apartermen.”

“Oke.” Kata gua. “Elo di Prancis pasti bakalan having sex mulu ya.”

“Hehehe... tau aja. Elo tau nggak gua perancis sama temen kantor gua yang cewek itu. Si Lena.”

“Wuidih... yang montok itu!” seru gua semangat. Teringat saat pertama kali gua liat tuh cewek. Berwajah cantik namun memiliki sedikit kesan nakal. Mengenakan lipstik merah menyala. Badannya seksi dengan buah dada yang menggairahkan. Serta rok hitam diatas lutut. Begitu nafsunya gua dan begitu malunya gua pada saat pertama kali ketemu dia, karena pada saat itu gua hanya mengenakan handuk sepanjang lutut saja sehabis mandi. Jadi sisa-sisa air masih terlihat dibadan lembab gua.

Dia juga tampak antusias melihat gua. Semoga aja ada niatan dia mau “Berkenalan lebih dekat” dengan gua. Secara gua juga mau kenalan sama dua teman dadanya yang beberapa kali membuat mimpi basah.

“Iya, sama dia. Bakalan puas gua di prancis. Jadi gak bosen-bosen ama kerja. Karena ada penyegarannya.”

“Hehehe... seru tuh ada si lena. Bakalan puas lo.” Kata gua. padahal gua juga pengen. “Gua minta oleh-oleh cewek prancis ya.”

“Tenang aja, tar gua bawaain replikanya. Dari plastik.”

“Anjrit lo. Gua mandi dulu ya. mau berendam neh. Pasti asik banget.” Kata gua seraya dengan bebasnya melepaskan celana dalam gua dan berjalan menuju kamar mandi.

“Tar gua nyusul.”

“Oke.”

Gua sedang berdiam diri didalam air yang menyegarkan. Lalu tak lama kemudian Jhosua yang sudah dalam keadaan bugil datang dan masuk kedalam bathubnya. Penisnya yang setengah tengan itu bergoyang-goyang ketiga Jhosua masuk kedalam bathub. Kita berdua kemudian mengobrol banyak hal selama dibathub. Malam ini menyenangkan.

No comments:

Post a Comment