Thursday, December 4, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 7

Rafael, Kiddo dan Jhosua.


UTS akhirnya berlalu. Setelah masa-masa sulit gua lalui, dimana gua harus belajar tiap malam ditambah membuat contekan-contekan. Kemudian melakukan aksi tanya jawaban yang beresiko tinggi gua akhirnya bisa melalui UTS tersebut dengan baik. Moga-moga nilai-nilai UTS gua bagus-bagus. Dari perkiraan yang gua buat sih kayanya bagus, soalnya selain belajar, gua juga nyiapin contekan. Belum lagi sesi saling mencocokan jawaban menjelang akhir waktu ujian. Jadi besar kemungkinan nilai gua bagus-bagus.

***

    Disuatu jalan sepi dikawasan puncak. Sebuah perayaan setelah UTS.

   “Aaaah.... yeees-yeeeesss....!” Gua mendesah nikmat.

   “Terus masukin Ga, terus masukin.” Rafael juga mendesah nikmat.

    Kita sedang bercinta didalam mobil. Situasi didalam mobil sudah memanas karena kita tidak membuka jendela sehingga membiarkan karbondioksida membuat kita kegerahan. Keringat telah membasahi seluruh tubuh kita, membuat kaos kita basah semua.
    Gua masih saja terus menyodok-nyodok pantat Rafael sambil sesekali memukul-mukul atau meremas-remas pantatnya. Tak lama kemudian gua melepas peler gua dari pantatnya. Kemudian membalik tubuh Rafael dan menghisap pelernya.

   “Aaaaaaahhhh....!” Rafael kembali mendesah nikmat. Mulutnya terbuka lebar dan nafasnya keluar masuk cepat. Gua terus menghisapnya, menjilatnya seperti es krim dan kembali menghisapnya. Gua juga bermain-main di bola-bolanya. Menggenggamnya dan satu tangan dengan tangan lain menusuk-nusuk pantat Rafael dan mulut bekerja pada pelernya.

    Rafael mendadak menarik kepala gua keatas lalu kita berciuman. Ia kedua tangannya memegang kepala gua dan lidahnya bermain-main dengan lidah gua.

   “Masukin lagi ga, peler lo ke pantat gua. cepetan!” perintah Rafael penuh nafsu. “Tapi tunggu dulu!”

    Rafael mendudukan gua disebelahnya, lalu ia menunduk dan menghisap peler gua. Tangan kiri gua mengelus-elus punggungnya, lalu turun kepinggang dan berakhir dilubang anusnya. Menusuk-nusuknya dengan mata merem-melek karena kenikmatan hisapan Rafael yang tiada duanya.
    Setelah sepuluh menit di blow job Rafael kini dia siap untuk ditusuk kembali. Ia kini menungging dikursi tengah mobil Honda CRV-nya dan membiarkan peler gua menusuk pantatnya yang seksi itu. Kembali gua melakukan gerakan maju mundur dan meraba-raba punggungnya.
    Rafael tau kalo gua belum pernah ditusuk sama siapapun. Dari SMA juga gua adalah seorang top dan tidak pernah mau menjadi ditusuk. Gua selalu mempersiapkan pantat gua untuk ditusuk oleh orang yang memang benar-benar gua pengen. Dan sekarang ini Cuma ada satu orang yang gua berharap banget ditusuk olehnya. Maka tidak pernah sekalipun Rafael meminta untuk menusuk gua. Karena gua gak mau dia yang pertama menusuk gua.
    Lima belas menit kemudian gua membalikan melepaskan penis gua dan membalik tubuh Rafael. Membuatnya tidur menghadap gua. Gua mengocok-ngocok penis gua secepat yang gua bisa sampai akhinya... crot-crot-crooot... gua menumpahkan sperma gua ke muka Rafael. Kenikmatan yang tiada tara langsung merasuk ketubuh gua. gemetar dan nikmat luar biasa. Masih mengocok untuk perlahan-lahan untuk menikmati sisa orgasme gua. Lalu setelah itu gua mencium Rafael.

   “Sekarang giliran lo, raf.” Kata gua seraya mulai merabahkan diri.

    Rafael bangkit dan berlutut didepan gua. Ia mengocok-ngocok penisnya dengan bantuan gua yang meraba-raba badannya untuk membantu nafsunya. Semakin cepat ia mengocok sampai akhirnya dia berhenti sejenak, ketika cairan putih memuncrat ke badan gua. kambali dikocok dan berhenti. Cairan putih kembali keluar. Dikocok lagi dan keluar lagi. Setelah semua keluar dan sisa-sisanya juga Rafael berhenti dan mencium gua. kita berdua duduk bersebelahan setelah itu.

   “Haaaaaah.... enak banget tadi.” Gua berkata dengan bahagia sambil mengambil tisu dari kotak tisu.

   “Sama... keren banget tadi.” Kata Rafael sambil mengelap wajah dan badannya dari peju gua.

   “Abis ini kemana nih?” tanya gua setelah selesai membersihkan tubuh gua dari sisa-sisa peju Rafael. Lalu gua mulai mengenakan celana dalam gua.

   “Balik aja yuk. Kita kan kesini Cuma pengen beginian doang. Elo lagi nyari tempat jauh-jauh banget.” Rafael juga telah selesai mengelap diri dan mulai mengenakan celana dalamnya.

   “Tadinya kan kita pengen ngeseks di hutan tapi gak jadi.” Kata gua. “Ya jadinya dimobil aja. Tapi hot juga kok.”

   “Iya sih.” Rafael menyengir sambil menatap gua.

   “Aduuuuh, lo ganteng banget sih kalo senyum. Gua cium dulu sini!” gua lantas menarik kepala Rafael dan menciumnya. “Jangan senyum lagi lo, tar gua cium lagi.”

    Rafael masih aja senyum. Dan gua kembali menciumnya. Kegiatan itu masih berlangsung selama beberapa kali sampai kami memutuskan untuk berhenti, takut kita terpaksa harus memulai ronde 2. Dan setelah semua berpakaian, Rafael pindah ke kursi depan dan menyalakan mesin mobil. Dingin AC yang dibuat full langsung menyejukan kita berdua.

   “Aaaaah, sejuuuuuk.” Kata gua seraya menarik kaos gua keatas, membiarkan dingin AC menyentuh perut six pack gua.

   “Iya, tadi tuh gak berasa dipuncak banget. Panas banget.” Kata Rafael seraya mulai menjalankan mobilnya.

   “Lagi, mainnya dimobil. Pake ditutup semua lagi kacanya. Makanya suasananya jadi jakarta, bukannya puncak.” Kata gua sambil terkekeh.

    Dan perjalanan sore itu berlangsung dengan santai dan nyaman.

***

Rafael menurunkan gua didepan apartermen Jhosua. Dari pintu utama gua berjalan santai dan sedikit lelah karena sudah menjelang malam. Gua kalo udah gini males fitnes jadinya langsung aja tujuan gua lift dan berakhir tidur dikamar gua.
    Gua menekan tombol lift dan menunggu lift turun. Sesekali gua menguap, waaah bener nih, gua udah capek banget. Pokoknya nyampe apartermen buka sepatu, kaos kaki, buka kaos, buka celana langsung naik ketempat tidur.

   “Iga!”

Seseorang menepuk punggung gua. Gua menoleh dan ternyata yang menepuk adalah Kiddo.

   “What’s up, broooo!” kata gua seraya menyalamnya ala-ala gaul.

   “Kemana aja lo gak keliatan.” Kata Kiddo yang kini juga ikut menunggu lift. Dia tampaknya baru pulang kerja. Karena dari pakaian kerjanya. Kemeja hitam dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam. Ia mengenakan dasi garis-garis yang serasi dengan kemejanya. Dasinya tampak sudah dilonggarkan sekarang. Ia juga menenteng tas kerja serta jasnya yang ia sampirkan dilengannya. Malam itu Kiddo benar-benar tampak keren.

   “Gak kemana-mana. Elu kali yang nggak keliatan.” Kata gua. “Betewe, penampilan lo kaya gini lo jadi tambah ganteng, Do.” Gua memuji dengan jujur.

   “Lah, baru sadar lo kalo gua emang dari dulu ganteng.” Kiddo langsung kepedean.

   “Yaaah, nyesel dah gua muji lo.”

    Pintu lift terbuka dan gua masuk kedalam.

   “Ga, tunggu.” Kiddo berkata cepat-cepat, takut keburu gua nutup pintu lift.

   “Kenapa?”

   “Kapan lagi kita begituan?”

   “Haaaahk? Begituaaan? Apaan tuh? Gua gak ngerti.”

   “Ah bego lo! Masa gak tau sih.”

   “Nggak ngerti gua.” Gua terus pura-pura bego.

   “Ah tolol banget sih nih orang.” Kata Kiddo, ia kemudian melanjutkan dengan sedikit berbisik. “Isep-isepan.”

   “Oooooooh....” Gua meng-O panjang, pura-pura baru ngerti. “Emang kenapa, elo mau?”

    Kiddo mengangguk-angguk sambil menaik-naikan alis mata.

   “Kenapa nggak ama yang lain aja sih? Kenapa musti ama gua mulu.”

   “Kan gua taunya Cuma elu.” Kata Kiddo. “Kapan nih, yang dibawah udah nggak sabar nih. Pengen diservis sama mulut lo.”

   “Wuidih, sabar aja. Tar deh. Gua kasih tau entar. Jangan sekarang, gua capek banget. Mau tidur.”

   “Oooh, ya udah. Gua tunggu ya. jangan lama-lama.” Kata Kiddo.

   “Iyeeee...” kata gua. “Gua keatas yaaaa!”

    Kiddo mengangguk dan gua menutup pintu lift. Sempat gua melihat wajah Kiddo yang menjadi murung. Aduuuh cowok cute ituuuu... padahal garis mukanya tegas membuat dia terkesan macho. Tapi entah kenapa tingkah lakunya selalu membuat gua pengen banget nyubitin pipinya. Sering sekali dia bertingkah menggemaskan. Yakin banget kalo di bank tempat dia bekerja Kiddo punya beribu-ribu fans. Enggak cewek, enggak cowok. Abis, muka ganteng, badan bagus, kerjanya tetap, dibank ternama pula, mapan, dan tingkah lakunya yang gemesin. Kadang sikapnya kaya cowok cool, namun terkadang dia bisa mengeluarkan mimik-mimik yang bikin gua pengen nyubitin pipinya, bejek-bejek mukanya sangkin gemes. Dan melihat wajah murung Kiddo tadi, gua jadi rada nyesel udah nggak ngasih kepastian waktu bercinta dengan cowok ngegemesin itu. Moga-moga aja besok gua sempet. Ngumpulin sperma dulu tapi.
    Gua tiba didalam apartermen. Ternyata si Jhosua alias pantat montok belum pulang. Bagus lah, gua bisa langsung tenang tidur. Gua pergi ke kamar gua dan melepaskan sepatu dan kaos kaki. Lalu melepaskan kaos gua dan melemparnya sembarangan. Terakhir gua melepaskan celana jeans gua dan akhirnya naik ketempat tidur. Langsung membanting diri gua di kasur dan terlelap dalam tidur yang nyenyak.

   “Woy, bangun!” seseorang berseru didekat gua. siapa sih, ganggu orang tidur aja.

    Gua membalik badan dan melihat si Jhosua udah duduk disamping gua. Dia juga sudah melepaskan seluruh pakaian kerjanya dan menyisakan celana dalam saja. Terkadang gua merasa risih juga sih dengan kebiasaan ini. Berjalan-jalan didalam apartermen hanya mengenakan celana dalam, serasa seperti pasangan homo. Apa lagi sabtu-minggu. Namun gua selalu menepis kerisihan tersebut karena mengingat Cuma kita berdua disini dan nggak ada masalah yang terjadi salam ini, jadi gua mencoba untuk menikmati kebiasaan ini dan syukurlah gua berhasil.

   “Ah elo ganggung orang tidur aja.” Kata gua seraya kembali membalik badan.

   “Ah, gua udah bawain makan malam tuh. Makan yuk ah, keburu dingin nih.” Jhosua memaksa. “Bangun-bangun-bangun!”

   “Masih ngantooook!” seru gua dari balik bantal.

   “Bangun!” Jhosua menepuk pantat gua. “Bangun wooooy!”

    Gua membalik badan dan bangun dengan terpaksa. “Nih gua bangun. Buruan makan!”

    Jhosua memimpin jalan menuju ruang makan diikuti gua yang dengan malas berjalan dibelakangnya. “Elo lagian ngapain sih tidur jam segini.”

   “Capek banget gue cuy. Abis jalan-jalan seharian.” Kata gua.

    Kita berdua duduk dimeja makan. Jhosua sudah membawakan makanan yang memang enak. Sekotak nasi hoka-hoka bento. Kita berdua mulai menyantap makanan tersebut.

   “Pantesan.”

   “Nah, elo kenapa baru nyampe jam segini. Udah jam 9 nah. Biasanya jam setengah tujuh elo kan udah nyampe sini.”

   “Biasa, temen kantor gua ada yang minta ‘main’ dulu pas pulang kantor. Ya gua mah gak nolak.” Kata Jhosua.

   “Berapa orang?”

   “Cuma dua.”

   “Ooooh...”

   “Oh ya, ntar elo pijitin gua ya.”

   “APA!” Gua mendadak berteriak. “Gak tau apa lo gua lagi capek bener.”

   “Yaaaah... badan gua beneran nih.... Pegeeeel banget.” Kata Jhosua. “Mau ya.”

   “Ogah! Gua lagi capek bener. Malah disurut mijit.”

   “Gua bayar deh. Gua bayar dua ratus ribu. Banyak tuh.”

   “Nggak maoooooo.” Gua tetap tegas menolak.

   “Lima Ratus ribu!”

   “Gua lagi capek Jhoooos!”

   “Satu juta-satu juta deh! Mau yaaaa.” Jhosua tampak memohon.

    Gua hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan berat hati.

   “Dua setengah juta.... tiga-tiga juta! Tiga juta!” Jhosua terus memohon. “Lima jutaaaaaa.... elo harus mau!”

   “Gua capek cuy!”

   “Ayo lah. Tolongin gua nih. Elo kan Cuma jalan-jalan. Gua dari kemaren sibuk banget, gak ada istirahat sama sekali.”

   “Kenapa musti ama gua. emang elo gak bisa ke tempat pijetan apa?”

   “Pijetan elo enak banget. Elo punya tallent jadi tukang pijat. Tinggal dibikin tuna netra aja.”

   “Anjrit lu! Songong banget!”

   “Mau yaaaaaa.” Jhosua tampak begitu memohon.

    Gua bingung nih. Sejujurnya emang gua males banget sekarang karena pengen tidur. Tapi, gila aja, 5 juta ditolak. Lumayan tuh buat beli baju ama hape baru. Tapi gua capeeeeeek. Gua memandang sepupu gua itu yang sekarang memohon-mohon dengan tampang memelasnya.

   “Iya deeeeeeh....” gua akhirnya setuju.

   “Oke deeeeh.” Wajah Jhosua langsung berubah cerah penuh kebahagiaan.

    Dan makan malam berlangsung dalam obrolan dan bercandaan seperti biasa.

***

Pukul 10.30 malam.

    Gua memasuki kamar Jhosua sambil membawa minyak bakal mijit badan dia. Di kasurnya si Jhosua sudah berbaring telanjang dalam posisi tengkurap. Memamerkan kemontokan pantatnya yang gua kagumi itu. Sebenarnya sih pantat gua sama dia sama-sama montok. Namun entah kenapa gua begitu senang melihat pantat Jhosua. begitu sempurna bentuknya dan begitu seksi. Serasi dengan badannya yang indah.

   “Pokoknya besok 5 juta harus udah ada dimeja gua aja.” Kata gua seraya naik keatas tubuh Jhosua.

    Jhosua menunjukan jari jempolnya pertanda setuju.

   “Jhos, gua lepas kancut gua ya. males nih kalo enak minyak. Warnanya putih soalnya.”

   “Ya udah, lo lepas sana. Lagian yang nyuruh lo mijet pake kancut siapa.”

    Gua kembali turun dan melepas celana gua. Gua melepas ditempat dimana Jhosua bisa dengan mudah melihatnya. Namun sepertinya dia tidak ada motivasi untuk memperhatikan kegiatan menelanjangi diri gua tadi. Sudahlah.
    Gua kembali naik keatas tubuh Jhosua. Dalam keadaan bugil. Peler gua entah kenapa mendadak konak. Mungkin karena jaraknya sangat dekat kali dengan pantat Jhosua. Secara gua menduduki pantatnya.

   “Ga, elo konak ya?” tanya Jhosua tiba-tiba. “Idiiih...” Dia terkekeh. “Awas, pantat gua jangan lo sodok. Gua hajar lo!” Kata Jhosua bercanda.

   “Nyantai aja jhos. Entar pantat lo gua sodok pake galah... wuakakakak!”

    Memang, sudah beberapa kali gua memijit dia dalam keadaan kita berdua telanjang dan dia selalu memaklumi ketika penis gua mendadak mengeras. Soalnya dia juga pernah—sebelum gua tinggal diapartemennya—dipijit sama beberapa pemijat cowok yang rata-rata pada konak ketika memijat pelanggangnya. Hal itu lah yang membuat maklum Jhosua kita gua mendadak konak saat berbugil ria dan memijat badannya. Hehehe... dianya aja yang bego, yang mijet dia kemaren-kamaren pasti pada gay semua dan nafsuan abis. Yang normal perasaan nggak konak deh. Bener gak ya? Tau deh. Belum pernah tuh dipijat sama cowok straight. Pernahnya mijat cowok straight, kaya sekarang.
    Gua mengusap-usap kedua tangan gua yang sudah berminyak lalu memulai menyentuh punggung Jhosua. Pemijatan ini pasti akan lama karena gua bakalan memijat seluruh tubuhnya. Dan itu dimulai sekarang...

No comments:

Post a Comment