Saturday, November 15, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 4

Pengalaman Pertama Kiddo


Sudah sebulan lebih gua tinggal di apartermen sepupu gua. Hubungan gua ama dia makin deket aja. Kita makin kompakan. Banyak hal seru yang kita lakukan berdua. Gua juga udah semakin terbiasa melihat sepupu gua berjalan-jalan diapartermennya dengan penis yang mengayun-ayun atau dalam keadaan tegang. Gua udah semakin bisa mengendalikan kontrol gua agar nggak konak ketika melihatnya.
    Gua sekarang udah jadi member fitnes yang berada dilantai 2 apartermen tersebut. Ternyata ada banyak cowok ganteng dan cewek cantik disana. Cowok-cowoknya rata-rata udah berbadan jadi, walaupun ada juga yang masih pemula, namun prospeknya untuk memiliki badan bagus udah keliatan. Ada beberapa cowok yang menarik perhatian gua disana. Ada tiga orang dan semuanya sudah berbadan jadi dan berwajah tampan. Satu orang udah berhasil gua ajak sauna bareng setelah gua melakukan kegiatan mengakrabkan diri secara intens dengan dia. Lumayan, sebagai langkah awal. Karena gua bisa melihat dia hanya dengan mengenakan celana dalam saja dengan badan penuh dengan keringat dan peluh. Cowok ini bernama Kiddo, umurnya udah 22 tahun dan baru awal-awal bekerja sebagai pegawai disebuah bank. Gua sedikit beruntung karena dia tinggal diapartermen yang sama namun sayangnya kita berbeda tower. Sementara yang dua lagi masih dalam proses penjajakan.
    Di kampus teman-teman gua mulai bertambah. Satu kelas kita semua sudah saling mengenal. Dan... hehehe... gua berhasil kenalan dengan si cowok cool itu. Cowok yang sekarang menjadi incaran cewek-cewek sekelasnya. Namanya Rafael. Ternyata dia cowok yang introvert, yang pindem banget. Makannya kesan yang dia berikan misterius banget. Itu yang bikin cewek-cewek pada kleper-kleper. Hanya beberapa yang bisa masuk dan akrab dengan dirinya. Dan salah satu yang berhasil adalah gua. Gua lah yang dengan semangat 45’ mengakrabkan diri dengan dia. Makanya semakin lama dia semakin terbuka sama. Gua merasa terberkati setelah mengetahui kalo dia ternyata seorang film maniak. Dia sering banget nonton ke bioskop. Hahahaha.... hobi yang sama. Jodoh kali yeeee... ngareeeep.

   “Casino Royale filmnya keren, ga. Gua nonton dua kali tuh film.” Kata Rafael kita kita berdua sedang makan disalah satu kios dipinggir jalan.

   “Betul banget, Raf. Itu doang tuh, film James bond yang gua tonton dibioskop. Yang lainnya, gua nonton di TV aja. Abis belum begitu suka sih.”

   “Saga Saw, elo suka nggak?” Rafael mengganti topik lain.

   “Gua juga suka tuh. Hostel apalagi.”

   “Hahaha... kita banyak kesamaan ya.” Rafael berkata sambil tersenyum.

   “Iya juga sih.” Gua ikut tersenyum.

Perbincangan kita dengan film terus berlanjut sampai acara makan kita selesai. Setelah itu kita pergi ke kelas untuk memulai pelajaran berikutnya. Seiring berjalannya waktu hubungan dengan si Rafael semakin dekat aja. Gua tinggal cari waktu yang tepat buat ngajaknya ke apartermen sepupu gua.

***

Gua baru aja selesai saunaan bersama temen gua si Kiddo itu. Waktu saunaan kita sempet ngobrolin film yang entah kenapa malah menjurus kepada film porno. Ternyata Kiddo orangnya terbuka banget. Makannya gua jadi tambah seneng sama dia. Nah dari perbincangan kita ditempat sauna tadi Kiddo berjanji akan membawa dvd film bokep keapartermen gua buat ditonton bareng. Soalnya player ditempatnya lagi rusak. Kalo enggak rusak, ya gua yang ketempat dia buat nonton.
    Gua baru aja selesai mandi ketika terdengar bunyi ketukan dipintu apartermen. Gua yang masih mengenakan handuk berjalan meninggalkan kamar mandi dan menuju kepintu. Ternyata si Kiddo yang datang. Langsung aja gua membuka pintu dan mempersilahkan masuk.

   “Baru mandi lo?” tanya Kiddo ketika dia masuk kedalam. Ditangannya sudah ada beberapa box dvd tanpa cover.

   “Iya, seger banget abis mandi.” Gua menutup pintu dan memimpin Kiddo keruang santai. Sambil berjalan gua melepaskan handuk gua hingga tinggal celana dalam gua. Entah apa yang dipikirkan Kiddo saat melihat tubuh gua dari belakang. “Sini mana DVDnya biar gua setel.”

    Kiddo memberikan kotak-kotak dvdnya ke gue dan gue membuka salah satunya. Mencabut cakramnya dan memasangnya di player. Kemudian gua duduk di sofa yang sama dengan Kiddo. Hehehe... mempersiapkan diri untuk keadaan dimana kita mulai saling terangsang dan menuju kemungkinan saling meraba.
    Menit pertama, biasa, obrolan-obrolan tidak penting. Lima belas menit berikutnya adegan panas udah mulai bermain. Seorang cowok sedang di servis penisnya oleh seorang cewek. Tanda-tanda ada yang bangun sudah mulai terlihat pada diri gue dan pada si Kiddo. Lima belas menit kemudian adegan panas yang sebenarnya sudah terlihat. Sang cowok tampak bersenggaman dengan sang cewek. Penis besar dan tegaknya tampak timbul tenggelam kedalam vagina sang cewek. Mereka berdua berciuman dan tangan mereka saling meraba tubuh yang lain. Adegan ini terlihat sangat penuh nafsu dan gairah.
    Kiddo tampak mulai gelisah. Tangannya juga udah mulai bermain-main di tonjolan pada celana hitamnya. Dadanya sudah mulai kembang kempis. Apa lagi gua. Dari tadi tangan gua sudah masuk kedalam celana dalam gue. Bemain dengan si junior yang sudah bangun.
    Adegan panas masih terus berlanjut. Dan Kiddo tampaknya sudah tidak bisa mengontrol nafsunya. Tangannya sudah masuk kedalam celananya dengan mata terus menatap ke LCD TV tanpa berkedip. Ini kesempatan langka. Pada situasi ini pasti Kiddo mau aja kalo gua apa-apain. Mengingat moment seperti ini banyak gua alami waktu dulu sama temen-temen gua. Biasanya dalam keadaan diselimuti nafsu yang luar biasa, biasanya cowok mau aja kalo diapa-apain. Apalagi jika sudah teman dekat. Memang ada juga yang sial, ditawarin buat disepong yang ada muka malah ditendang. Itu sih yang sial aja. Buat gua, belum terjadi hal seperti itu. Gua melihat Kiddo sebagai sasaran yang empuk. Walaupu dia lebih tua dari gua, dan gua suka itu, dia memiliki pemikiran yang terbuka dan tampaknya mau menikmati hal-hal baru. Semoga saja Kiddo memilki prospek untuk menjadi biseks. Duuuh... jahatnya gue. Oke, waktunya serangan pertama.

   “Do, lo kayanya keringetan deh.” Kata gue seraya memperhatikan peluh di wajah Kiddo. AC emang sengaja gua matiin. Salah satu taktik. “Lepas aja baju lo, daripada gerah.”

    Kiddo menurut. Masih terus menatap tv ia mulai melepaskan kaos hijaunya. Badan seksi dan perut sixpacknya langsung terlihat saat itu juga. Dada bidang dan otot lengannya terlihat saat itu juga. Tangannya kembali masuk kedalam celananya.

   “Celana lo sekalian aja, Do. Kaya gua aja. Bugil.” Gua berkata seraya melepaskan celana dalam gua. Membiarkan sang Iga junior mengokang keras.

    Kiddo sempat melirik ke penis gua sambil mulai melepaskan celana dan celana dalam putihnya. Wuaaaaah.... penisnya... akhirnya gua bisa melihatnya. Panjangnya mungkin anatar 15-16 cm kalinya. Tapi buah zakarnya itu loh. Gede!  Ada rambut kelaminnya tampak menggairahkan mengelilingi sang raja disana. Kiddo tampak sangat seksi dan menggairahkan saat ini. Telanjang dengan tangan kanan mengocok-ngocok penisnya. Kita berdua kembali menonton dalam ketelanjangan kita.
    Pertengahan film, Kiddo tampaknya semakin nafsu. Entah kenapa tangannya mendarat di paha gua. Awalnya diam saja, namun beberapa saat kemudian tangannya mulai bergerak-gerak. Mengelus-elus paha gua. Kepalanya masih saja menatap tv tapi tangannya terus menggerayangi paha gua. Dari paha, lalu bergerak kepangkal paha. Menyelip diantara lipatan paha dan testis gua. Gua udah menghentikan kegiatan onani gua. Karena mungkin sebentar lagi akan ada yang menggantikan. Dan benar saja. Semenit kemudian tangan Kiddo sudah bermain-main di penis gua. Meremas-remasnya lalu mengocoknya. Tangan kiri gua otomatis bermain-main dipenis Kiddo. Tanpa ada penolakan Kiddo menerima servis gua. Kita saling melayani.
    Kiddo mulai mendesah-desah akibat permainan tangan gua. Dan sebagai balas jasanya dia juga memainkan penis gua dengan lebih giat. Waktunya gue menuju serangan tingkat advance. Gairah gua udah diubun-ubun. Peler Kiddo harus masuk ke mulut gua sekarang juga. Timingnya udah pas banget. Situasi mendukung banget! Gue berada pada waktu dan tempat... serta penis yang tepat... hehehe...!

   “Do, peler lo gua isep ya!” kata gua.

    Kiddo menatap wajah gua untuk sebentar. Entah apa yang tersirat dari tatapan mata wajah ganteng itu ketika menatap gua. Namun kemudian ia mengangguk. Izin operasi telah diterima dan prajurit siap bertugas. Gua mendekati penis Kiddo yang tegak menghadap gua. Mata gua tidak berkedip saat mendekatinya. Kiddo juga sepertinya tampak memperhatikan gua yang akan menservis benda pusakanya.
    Semakin dekat dan dekat sampai akhirnya penisnya masuk kemulut gua. Hangat dan nikmat. Gua juga mendengar Kiddo mendesah, tangannya mengelus-elus rambut hitam gua yang sudah lembab akibat kegerahan. Gua juga merasakan tangannya turus dari kepala gua dan mengelus punggung gua. Terus turun kebawah sampai akhirnya tiba dipantat gua dan ia meremasnya. Gua semakin aktif dan semangat menghisap. Dan Kiddo semakin sering mendesah nikmat.
    Bagi gua, saat seorang cowok berhasil ditaklukan adalah ketika dia bersedia menghisap penis kita. Saat itu berarti dia seolah benar-benar berada dibawah kuasa kita. Ketika mulutnya yang perawan dan belum pernah menghisap penis lalu bersedia dimasukan oleh penis kita, berarti cowok itu sudah menjadi benar-benar terbuka. Kita benar-benar saling terbuka dan bebas. Dan itulah yang akan gua coba lakukan.
    Setelah selesai meoral Kiddo selama kurang lebih 10 menit. Gua menarik mulut gua dan berlutut sambil menatap Kiddo. Cowok ganteng itu juga menatap gua.

   “Kini giliran lo, Do. Waktunya elo ngoral gua.” Kata gua. “Gua udah bersedia menghisap penis lo, dan sekarang elo harus melakukan hal yang sama dengan gua.”

   “Tapi gua belum pernah, ga.” Kata Kiddo. “Lagian kan cowok bukan nyepong tugasnya. Tugas nyepongkan untuk cewek.”

   “Lalu yang tadi gue lakuin apaan?” kata gua. “Gak ada salahnya kan. Mulut cowok ama cewek sama aja. Ada lidah ada gigi. Malah mulut cowok lebih ahli karena Cuma cowok yang tau apa yang cowok pengen. Elo tadi gua liat menikmati banget isapan gua. Dan sekarang elo harus belajar memberikan hal yang sama dengan yang gue kasih tadi.”

    Gua bangkit berdiri. Penis tegak gua kini berada didepan mata Kiddo. Cowok ganteng itu menatap penis gua dengan penuh dilema. Ini mungkin pengalaman pertamanya melakukan blow job. Ya tapi elo harus melakukannya, Do. Gue gak mau tau.

   “Gua belum pernah ga.”

   “Makanya elo harus belajar.”

    Dia kembali menatap penis gua. Perlahan-lahan Kiddo mendekatkan kepalanya sampai akhirnya kepala penis gue menyentuh bibirnya. Masih ragu-ragu, ia membuka mulutnya dan membiarkan penis gua masuk kedalam mulutnya. Suara-suara desahan cewek di film masih terdengar keras diruangan. Kiddo akhirnya mulai menghisap. Gerakannya masih kaku karena dia belum terbiasa. Terbesit senyuman dibibir gua. Jahatnya guaaa... ckckckck!

   “Nikmatin, do. Nikmatin. Rasakan. Pikirkan apa yang harus lakukan agar bisa memuaskan pasangan lo.” Kata gua menyemangati Kiddo.

    Dia mulai merespon. Gua merasakan lidahnya mulai bermain-main di penis gua. Kepalanya juga sudah mulai maju mundur. Matanya terlihat tertutup. Tampaknya dia memang sedang berusaha memberikan servis yang baik.
    Hanya tiga menit gua kasih dia kesempatan. Karena mungkin ini masih pertama jadi gua nggak mau ngasih kerjaan yg terlalu berat buat dia.

   “Sekarang elo berdiri, do.” Perintah gua seraya duduk. Kiddo berdiri dengan patuh. Kini gua yang menatap penis Kiddo. Kiddo tampaknya sudah tidak mempedulikan film bokepnya. Kini ia sedang berkonsentrasi pada pengalaman pertamanya bercinta dengan pria. Dan gua akan membuat dia mencintai pengalaman pertamanya. Gua mau bikin dia merasakan sensasi yang nikmati saat gala premiere ini.

   “Ini, gua bakalan memberikan servis yang nggak bakalan elo lupain seumur hidup do. Lebih hebat dari servis cewek. Elo siap?”

    Kiddo mengagguk siap. Mulut gua langsung saja melumat penisnya Kiddo. Gua berikan servis terbaik kepada benda kesayangan si Kiddo itu. Gua memberikan kemampuan oral yang paling yahud yang gua bisa. Dan benar saja, Kiddo tampak menikmati. Ia merasakan sensasi hisapan pada penisnya yang luar biasa.

   “Ga, enak banget ga... aaaaahh.... gua suka bangeeeeet.... terus gaaa.” Kiddo berkata diantara desahannya.

    Itu aja? Belom, mendadak telunjuk gua masuk ke lobang anusnya. Kiddo tambak terkejut sebentar. Namun kemudian ia berusaha untuk beradaptasi. Telunjuk gua bermain-main didalam anus Kiddo. Membuat Kiddo merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Sesekali badannya mengejang dan sesekali mengeluarkan dasahan cepat... “Ahh...! auh...!”

    Hampir sepuluh menit gua memberikan servis penuh keterampilan itu sampai tiba-tiba Kiddo menarik penisnya dari mulut gua.

   “Kenapa Do?” gua bertanya dengan bingung.

   “Gua mau keluar, ga. Tapi gua tahan.”

   “Bagus, bagus... karena gua gak mau tugas lo tidak lo laksanakan. Kini waktunya elo oral gua lagi.”

    Kiddo menurut. Ia langsung berlutut dan kembali mengoral gua. Wow, progresnya cukup baik. Dia sudah bisa mengoral jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin karena oral gua barusan dijadikan pembelajaran baginya. Kedua tangan gua berada dikepala Kiddo dengan sesekali menjambaknya karena terlalu menikmati. Lalu sama seperti Kiddo, gua menarik kepala Kiddo menjauh dari penis gua.

   “Kenapa ga?” dia bertanya, seakan cukup terganggung karena gua menarik kepalanya. “Gak enak ya?”

   “Bukan, tapi gua mau keluar. Gua tahan aja. Supaya kita bisa keluar bareng-bareng.” Kata gua sambil menatap wajah lugu Kiddo. Dia tampak seperti anak kecil yang kaget karena permennya diambil. Saat ini gua melihat Kiddo sebagai cowok tertampan dan terseksi. Wajahnya yang penuh keringat, bibirnya yang basah serta mata lugunya yang membuat gua ingin sekali menciumnya.

    Gua mencoba mendekatkan wajah gua dan melihat Kiddo tampak diam saja. Terus mendekat dan mendekat dan melihat Kiddo hanya diam saja. Dan akhirnya... bibir gua mendarat dibibirnya. Dia hanya diam saja. Tidak menjauh namun tidak membalas ciuman gua. Gua menarik bibir gua lagi. Gua lihat wajah Kiddo yang tanpa ekspresi. Gua cukup merasa bersalah karenanya. Merasa bersalah dan hambar.

   “Baiklah... mari kita selesaikan ini semua.” Kata gua mengalihkan fokus perhatian. “Gua yang keluarin duluan, baru elo, do.” Kiddo mengangguk.

    Kiddo kembali mengoral gua. Membiarkan ia kembali mencoba mengeksplorasi kemampuan dia dalam blow job. Kedua tangan gua meraba-raba tubuhnya sejauh yang gua bisa. Pinggul gua bergerak-gerak erotis menikmatis sensasi yang diberikan Kiddo. Dan gua mendesah-desah nikmat memberikan motivasi kepada Kiddo agar dia lebih giat lagi bekerja.

   “Gua mau keluar, do. Jangan lo berhenti!” perintah gua sambil menutup mata.

    Kiddo semakin cepat mengoral. Mulutnya maju mundur dengan cepat sampai akhirnya... crot-crot-crot... tepat saat Kiddo menarik mulutnya dari penis gua. Sperma gua keluar dan mengenai wajah tampan Kiddo. Gua kocok terus penis gua sampai titik sperma penghabisan keluar dari penis gua. Lalu gua membuka mata gua dan melihat wajah Kiddo yang berlumuran cairan putih. Dia tidak menggerakan bibirnya, takut sperma gua merembes masuk kedalamnya. Kemudian gua mengambil handuk gua dan melap bibir merah Kiddo. Gua tersenyum dan dia juga tersenyum.

   “Sekarang giliran gua yang ngeluarin, ga. Ayo ga. Gua udah gak sabar.” Kata Kiddo sambil tersenyum. Karena kini giliran dia yang akan merasakan puncak kenikmatan. Dia duduk disofa dan gua berlutut didepannya. Langsung melumat penisnya dan memberikan kenikmatan yang bisa gua berikan padanya.

    Semakin lama desahan Kiddo semakin keras dan penuh gairah.

   “Ga, enak gaaa... aaaaah.... terus gaaa...!”

    Gua semakin cepat dan nafsu menghisap.

   “Aaaah.... terus ga... enak banget!”

    Tangan Kiddo menjabak rambut gua lalu mengelus-elus punggung gua.

   “Ayo ga, gua mau keluar nih. Terus ga, nikmat banget!”

    Gua menghisap semakin cepat, tangan gua juga mulai bermain agar Kiddo bisa memberikan tembakan yang maksimal nanti.

   “I’m commiiing!” Kiddo menjerit cukup keras.

    Gua semakin cepat menghisap. Kiddo mendadak menjambak rambut gua dengan keras. Ia mendesah kuat dengan nasfanya yang cepat. Lalu tubuhnya mengejang beberapa kali dan cairan hangat masuk kemulut gua. Kiddo terus menembakan sperma berkali-kali ke dalam mulut gua.

    “AAAAAHHHH...!!!” dia terus mendesah kuat. Begitu menikmati puncak kenikmatan ini.

    Masih terus mengejang dan menembakan spermanya kemulut gua. Bahkan sedikit spermanya ada yang tertelah tanpa sengaja. Ia masih terus mengejang namun semakin lama semakin mereda sampai akhirnya ia berhenti dan menarik nafas dalam-dalam. Gua melepaskan mulut gua yang sudah penuh dengan sperma. Menumpahkan spermanya ke handuk lalu mengelap mulut gua. Sementara itu Kiddo masih mengatur nafasnya dengan menutup mata. Gua beranjak ke kamar mandi untuk merendam handuk.
    Saat gua kembali gua melihat Kiddo masih saja duduk dengan telanjang disofa. Film sudah ia ganti dengan acara tv. Ia langsung menoleh kearah gua begitu gua tiba. Gua mendekatinya dan duduk disebelahnya.

   “Iga, makasih ya. Tadi itu hebat banget. Sumpah, gua gak bohong. Barusan adalah pengalaman seks yang paling-paling-paling nikmat yang pernah gua rasain. Elo hebat banget.” Kiddo berkata sambil memeluk gua dengan satu tangan.

   “Elo juga hebat ga. Oral lo luar biasa.”

   “Hehehe... tapikan masternya elo, ga. Elo yang ngajarin.”

   “Jadi, setelah ini. Bagaimana perasaaan elo setelah melakukan blow job?”

    Kiddo tampak biasa saja. Lalu menjawab dengan santai. “Biasa aja. Gua gak merasa apa-apa. Emang bener kata lo. Gak ada salahnya. Gak ada yang salah dengan semua itu.”

   “Oh ya?”

   “Iya.”

   “Oke, kalo suatu saat nanti elo gua suruh ngisep punya gua lagi gimana?”

   “No problem.” Kata Kiddo.

    Hahaha... dia sudah berada dibawah kekuasaan gua. Kiddo berhasil gua taklukan. Berikutnya, kita berdua menonton tv dalam ketelanjangan kita. Menyaksikan berita sambil mengobrol bebas. Serasa dari awal pertemuan tadi kita hanya mengobrol saja.

***

Gua sedang menyaksikan serial di Trans 7 ketika sepupu gua si Jhosua a.k.a si pantat montok pulang. Kiddo sudah pulang satu jam yang lalu. Tidak seperti biasanya. Dimana kita tiba dia langsung melepaskan segala pakaianya, kali ini dia langsung duduk di sofa seberang gua.

   “Dih, buka baju loh. Kan kalo nyampe apartermen harus buka baju. Aturan lo tuh.” Gue berkata melihat si Jhosua duduk masuk berpakaian lengkap.

   “Udah tau gua. Gak usah ngajarin gue lo. Gua capek banget nih. Tadi gua abis kerja rodi. Gua abis di romusha! Gila bener dah.” Jhosua menjawab dengan lemas.

   “Haaahk... romusha? Maksud lo?” gua bertanya bingung.

   “Dikantor kerjaan gua numpuk, belum lagi saat gua mau nganter dokumen ke bos gue, yang cewek itu, dia malah minta ‘main’ sama gua.” Jhosua menjelaskan dengan lemas. Dari mukanya keliatan kok dia capek banget. “akhirnya selama dua puluh menit gua ngeseks sama tuh cewek semok. Berikutnya sebelum pulang, temen kantor gua si Vivi minta juga. Katanya nagih janji gua minggu lalu. Gua udah minta tunda soalnya stamina gue udah mau abis. Tapi dia maksa. Akhirnya gua terpaksa mainan lagi sama dia. Sayangnya karena persediaan sperma gua udah gua keluarin sama bos gua, otomatis sama si Vivi jadi lebih lama. Karena peju gua keluarnya lama.”

   “Ooooh...” Gue meng-o Panjang. “Terus, hubungannya ama ini apa?”

   “Ini semua jadi tanggung jawab lo!”

   “Haaaahk...!”

   “Elo harus mijit gua. Badan gua mau hancur nih.”

   “Wuidih... gua gak bisa mijit.” Gua berusaha menolak.

   “Bodo... yang tapi kan elo minimal pernah liat orang mijit atau dipijit kan. Elo inget-inget tuh waktu itu.” Jhosua bangkit berdiri dengan lemas. “Gua tunggu di kamar. Cepetan!”

    Berikutnya sepupu gua itu berjalan masuk kedalam kamar. Buset, mijit! Gua mah gak jago. Tapi... Jhosua itu keliatanya emang butuh pijitan deh. Keliatannya lemes banget. Dan lagi pula, dia Cuma kali ini minta sesuatu sama gua. Yang dia berikan buat gua udah banyak banget. Jadi gak ada alasan bagi gua buat nolak... yaaaah... apa boleh baut. Gua harus berusaha sebisa mungkin. Gua harus memberikan yang terbaik. Walaupun gua juga agak capek sih. Tidak tahu kah kau sepupu, bahwa tadi sore gua juga abis kerja rodi sama temen gue si Kiddo. Mulut sama tangan gue capek.
    Gua pergi kedapur dan mengambil minyak. Menuangkannya disebuah mangkok kecil dan berjalan menuju kamar Jhosua. Pintunya tidak ditutup. Begitu gua masuk Jhosua sudah tengkurap dalam posisi telanjang.

   “Cepetan ga... kaya bentar lagi gua mau mati nih. Cuma elo yang bisa nolongin.” Kata Jhosua.

   “Lebay loh.” kata gua sambil tersenyum...

    Haaaah... skor gua sama Jhosua sama. Satu-satu. Sama-sama capek. Cuma satu faedah dari acara pemijitan ini. Gua bisa meraba dan meremas seluruh... SELURUH tubuh Jhosua sesuka hati... hmmm cukup worthed lah.

No comments:

Post a Comment