Friday, November 14, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 3

Hari Pertama Kuliah


Hari pertama kuliah, bagi gua cenderung membuat gua gugup. Ini adalah hari pertama dimana gue memasuki jenjang pendidikan dengan gaya berbeda. Gua nggak perlu lagi bangun jam 6 pagi dan berusaha melawan serang kantuk dan berjalan ala orang mabok ke kamar mandi. Menerima siksaan air dingin dan memaki-maki walaupun berikutnya gua berterima kasih karena menjadi segar.
    Tapi hari ini gua memasuki dunia pendidikan dengan gaya yang berbeda. Ada jam kuliah siang hari, ada jam kuliah sore hari dan ada juga yang pagi. Seperti pagi ini, gua masuk kelas pertama gua adalah pada jam 10.30 pagi. Ruang kelas saat itu lumayan ramai. Hampir semua kursi diisi oleh mahasiswa baru. Hehehe... sindrom mahasiswa baru, rajin masuk kuliah. Gua tau kedepan nanti beberapa dari mereka akan menghilang entah kemana. Mungkin ada yang hamil atau menghamili. Lalu  memutuskan untuk kawin dan berhenti kuliah.
    Gua masuk kampus sini sendirian. Oh sayang sekali. Iya, temen-temen gua waktu SMA pada mencar entah kemana. Dan sialnya Cuma gua doang yang masuk kampus ini. Saat itu gua duduk di kursi paling belakang. Berkumpul bersama dengan para mahasiswa baru cowok. Duduk manis mendengarkan dosen gua berbicara dengan penuh khidmat. Hahaha... pastinya pelajaran hari ini akan menjadi fokus kalau saja mendadak mata gua tidak terpaku pada seorang cowok yang duduk dideretan bangku tengah. Dalam sekejap seluruh fokus gua buyar karena dia. Karena waktu ia menengok kebelakang untuk sekali waktu saat itulah gua langsung nggak bisa ngelupain mukanya yang macho dan ganteng itu. Sejak saat itu gua senantiasa memperhatikan gerak-geriknya. Kulitnya berwarna coklat keputihan. Satu kasta sama gua. Ada tonjolan bidang didadanya. Satu kasta sama gue. Lengannya terlihat keras. Satu kasta sama gua. Berarti tuh cowok salah satu orang yang suka beribadah di Kuil Fitnes.
    Sewaktu keluar kuliah tampak ia keluar sendirian. Wuaaah... kayanya dia juga sama dengan gue dalam kasta yang lain. Sama-sama masuk kampus ini sendirian. Gua mengikuti dia dari belakang. Kemana dia bakalan pergi. Tidak seperti mahasiswa lain yang senantiasa menunggu lift walaupun lift itu datang setengah jam kemudian, cowok itu langsung melangkah menuju tangga. Pilihan yang sehat dan tidak membuang waktu. Memang benar, karena ia sampai dilantai dasar lebih cepat. Gua terus mengikuti dia dengan berjarak. Setibanya dilantai dasar ia mencari tempat yang cukup sepi lalu duduk dan langsung memasang earphone dan mendengarkan musik dari Ipodnya. Dia menyendiri...
    Dan semenjak peristiwa itu, gua semakin tertarik pada dirinya.

***

   “Biasa aja ya yang namanya kuliah.” Kata gua sambil berendam di Bathub besarnya Jhosua.

   “Biasa gimana. Gua tuh ya kalo disuruh milih antara kuliah dan jadi anak SMA, gua lebih milih jadi anak SMA.” Kata Jhosua sambil mencukur jenggotnya dalam ketelanjangannya. Bersyukur bathube gue berbusa, sehingga dia tidak perlu melihat bahwa Iga Junior sudah bangun dan mengeras sekeras baja.

   “Kalo gua disuruh milih antara kuliah sam SMA, gua lebih miliiih...” gua mendadak diam.

   “Milih apa?” Jhosua bertanya penasaran. Ia sudah selesai mencukur dan kini mengeringkan dagunnya dengan handuk.

   “Nggak milih dua-duanya...” kata gua sambil nyengir.

   “Yeeee... semprul. Gimana sih lo.” Jhosua kini berjalan mendekati gua. Gua bingung, jangan-jangan gua diminta nyepongin pelernya lagi. Ternyata bukan (Sayang sekali.  “Geseran lo, gua mau ikutan berendam.”

   “Mana muat bego.” Gua berkata sok nggak mau.

   “Nggak usah banyak gaya deh lo. Bathub gue tuh bisa muat sampe kesebelasan. Geseran!”

    Gua hanya menggeser sedikit, karena memang masih banyak ruang buat Jhosua. Jhosua bergerak perlahan-lahan memasuki bathub. Gua terus memperhatikan penisnya yang bergerak-gerak lembut seperti bandul pada jam. Goyang kiri, goyang kanan. Keadaanya tidak tidur namun tidak tegang. Membuatnya terlihat besar. Kapaaaan ya bisa gua remas tuh penis. Gemes gua.

   “Aaah... angeeeeet.” Kata Jhosua ketika seluruh tubuhnya udah masuk. “Ceritain ke gua sekarang. Di kampus elo ngapain aja.”

   “Yaaa banyak. Gua ketemu orang-orang.” Gua menjawab dengan begonya.

   “Opung-opung juga tau kalo dikampus elo ketemunya sama orang. Masa sama kebo.” Jhosua mencipratkan airnya kemuka gua dan tersenyum. (Opung = Nenek)

   “Hehehe... ya dikampus gua masuk kelas. Belajar istirahat terus belajar lagi di kelas lain. Baru gua pulang. Udah gitu aja?”

   “Ya ampun... standar banget hidup lo.” Kata Jhosua menyindir.

   “Nah lo sendiri dikantor ngapain.”

   “Ya kerja lah.”

   “Yeeeee, kebo juga tau kalo elo di kantor kerja. Masa ngentot!”

   “Nah, tuh lo tau.”

   “Haaahk? Maksudnya?”

   “Iya. Itu dia... selain kerja gua juga itu.”

   “Haaahk... yang bener lo. Elo juga... ngeseks!” gua berkata tidak percaya.

    Jhosua tertawa sambil menatap gua. Tawa yang memiliki arti; “Hahaha... kemana aja lo.”

   “Oke, ini antara kita berdua aja. Lo bisa jaga rahasia nggak?” Mendadak Jhosua jadi serius.

   “Oke, gua bisa jaga rahasia.”

   “Serius lo?!”

   “Iya gua serius. Kalo ampe gua buka rahasia lo. Terserah deh elo mau ngapain gua. Elo perkosa gua, gua rela.”

    Jhosua masih diam. Tapi tak lama kemudian ia mengangguk. Waaaah? Yang bener? Gue beberin ah, biar dia nanti merkosa gua... dasar pikiran nista.

   “Jadi, ya itu kerjaan gua. Gua dikantor emang kerja. Kerja yang normal. Ngurus ini itu. Tapi gua juga suka bercinta sama cewek-cewek. Sama temen kantor gue, sama office girl yang cantik banget, bahkan sama bos gua sendiri.”

   “Yang bener lo!” kata gua nggak percaya.

   “Iya gua serius, ga. Emang itu kehidupan gua. Gua suka banget ngeseks.”

   “Yaaah... nggak aneh sih. Secara penampilan sih emang elo udah mendukung untuk jadi mesin seks.”

   “Gua seneng berfantasi dalam bercinta.” Jhosua kembali melanjutkan. “Gua pernah three some, gua perna orgi, gua pernah ngeseks 3 kali dalam satu hari, gua pernah ngeseks dialam terbuka, di atap rumah, di tengah hutan, di atas kapal, kolam renang, jalan tol, toilet kantor, ruang bos.”

    Mata gua melotot... haaaaaaaaaaaaaaaakkk... sebegitu gilanya kah sepupu gua ini. Sebegitu kuatnya kah nafsu seksualnya sampai-sampai sudah melakukan ekspansi wilayah kerja seksualnya sampai ketengah hutan. Luar biasa.

   “Gua pernah bercinta sama sapi!” Jhosua berkata antara bangga dan malu.

   “Haaahk... WUAHAHAHAKAKAKAK! SAPI!” Gua sontak terbahak-bahak. “Ampe sapi aja elo embat, Jhos! Yak ampuuun... sudah merambah dunia fauna rupanya ya.”

   “Iya, gua pernah pergi keperternakan sapi milik bokapnya temen gua dan kita banyak melakukan tindakan gila-gilaan. Termasuk bercita dengan sapi.”

   “WUAHAHAHAHAH... wah, lain kalo coba jerapah.” Gua masih terbahak-bahak mendengar penuturan gila sepupu gua ini. Masih nggak abis pikir gua, sampe hewan pun dia mangsa. “Eh tapi.” Gua mendadak serius. “Elo nggak ada fantasi bercinta sama anak kecil kan. Elo nggak pedofil kan?!”

   “Ya enggak lah. Gua nggak pernah kepikiran untuk bercinta sama anak kecil. Yang ada gua malah jijik. Gua malah marah. Gua pernah ngeliat tuh video anak cewek umur 9 tahun dientot sama bapak-bapak. Gila. Pengen banget gua bunuh tuh bapak-bapak.”

   “Bagus lah...” kata gua merasa bersyukur. Soalnya gua juga termasuk pembenci pedofil. “Dan kalo emang elo senang berfantasi seksual. Apakah ada dalam fantasi elo itu, bercinta dengan pria?” Wuuuuh... timingnya pas banget nih.

    Gua menunggu reaksi Jhosua. Dia hanya diam doang belum menjawab. Jawab kek! Penasaran nih.

   “Entah lah. Pernah terlintas.” Dia akhirnya berkata. “Tapi gua belum begitu tertarik.”

    Oooooooh... belum begitu tertarik yaaa... entar deh gua tarikin. Gampang Jhos ama gua. Objeknya aja udah ada didepan lo. Ayooo, sekarang tertarik yuk!

   “Ooooh... tapi misalkan kalo ada kesempatan dan waktunya tuh pas banget. Gimana?”

    Jhosua kembali terdiam. Bingung jawab yaaa... gua tau jhos, pasti dalam fantasi elo minimal lebih dari satu kalo elo menghayalkan bercinta dengan sesama jenis. Terbukti dari prestasi seksual lo yang udah merambah kedunia hewan.

   “Enggak tau deh...” Jhosua menjawab sekenanya.

   “Oh, ya udah.” Kata gua. Berikutnya kita berdua larut dalam diam. Jhosua kini sedang bermain bebek-bebekan warna kuningnya dalam dia dan gua hanya diam mencari topik lain. “Oh ya, elo kan udah berhasil merambah ke dunia hewan.” Gua kembali berbicara. “Kenapa nggak elo coba mencoba peruntungan di dunia tumbuhan. Bercinta dengan bunga bangkai misalnya.”

Jhosua tersenyum geli dan mencipratkan air ke muka gua. “Dasar begoooooo...!”

Dan kita berdua pun tertawa.

***

Gua dan sepupu gua memasak makan malam bersama. Gua masak telur mata sapi dan sosis sementara Jhosua membuat jus alpukat. Pekerjaan yang menyenangkan dilakukan bersama.

   “Jhos, kancut lo bagus deh. Gua numpang ngelap ya.” Kata gua sambil meper minyak ke kancut putihnya Jhosua.

   “Ah elo bego. Kotor bego!”

    Lalu lima menit kemudian. “Ga, ada kotoran tuh di kancut lo. Gua bersihin ya.” Katanya sambil mengelap-ngelap tangan dipantat gua.

   “Gua tau elo memper, nyet.”

   “Hehehe...” dia nyengir.

    Berulang kali kita saling meper-meperan, yang rata-rata dibagian pantat. Dan setelah makan selesai biasanya kita bakalan pergi ke kamar masing-masing untuk mengganti celana dalam. Ngotor-ngotorin kain aja.

   “Ga, gua baru beli DVD ini nih.” Jhosua menggangu acara nonton berita gua sambil memberikan sebuah DVD film.

   “Wuidih... film Pocong 2 nih. Seru-seru-seru, gua nggak sempet nonton dibioskop dulu.” Kata gua langsung semangat.

   “Iya nih. Tapi kata temen gua filmnya serem banget. Gua juga belum nonton sih. Makanya gua pinjem. Penasaran abisnya.”

   “Ya udah, setel aja. Penasaran juga nih gue.”

   “Oke, gua setel ya.”

    Jhosua kemudian pergi kedekat tv dan memasang DVD film Pocong 2 tersebut. Setelah itu ia menaikan volume pada level yang cukup tinggi dan mematikan lampu ruang santai. Kini kita berdua duduk sofa dan siap menikmati film pocong tersebut. Sebuah rasa penasaran yang berujung pada penyesalan.

***

Sialaaaaan.... dasar film siaalaaaan... gila bener dah. Serem banget. Gara-gara tuh film laknat gua jadi nggak bisa tidur. Bawaanya parno mulu. Sumpah gua jadi ketakutan. Gua nggak berani meluk bantal guling. Takut-takut yang gua peluk berubah jadi pocong. Gua nggak berada pake selimut. Takut-takut pas gua buka selimut pocong muncul. Gua jadi sering merasa pocong sedang tiduran dibelakang gua. Takuuuut... mama takuuuut.... semakin parno. Gua nggak berani menatap tv. Takut muncul muka pocong disana. Gua nggak berani megang hape, takut kalo ternyata pocong yang miscall. Gua nyalain semua lampu dikamar gua tapi tetap aja gua takut. Serem bangeeeet.... gua parno mampus.
    Ini nggak bisa dibiarin... nggak boleh. Bisa-bisa gua nggak tidur-tidur. Bisa-bisa gua beneran didatengin pocong. Secara gua sekarang tinggal diapartermen. Atau jangan-jangan, ini bukan apartermen. Ini kuburan. Jangan-jangan selama ini gua tinggal dikuburan. Atau jangan-jangan si Jhosua... arwah penasaran... pocong! TIDAAAAAAAAAKKK...! GUA TAKUUUUUUTT!!!
    Gua harus bertindak sekarang juga. Harus do something! Sekarang juga!

   “Jhooos...! Jhosuaaaa..!” Gua mengetok-ngetok pintu kamarnya. Masih parno karena takut pocong muncul dari kiri atau
kanan gua. “Jhooooossss....!” gua kembali mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

    Pintu kamarnya akhirnya terbuka.

   “Kenapa lo?” tanyanya.

   “Gua tidur ama lo ya... gua parno banget nih sekarang. Tuh pocong masih kepikiran mulu.” Kata gua penuh permohonan.
“Boleh ya jhos... Pleaseeeeee...!”

    Reaksi tak terduga muncul.

   “Iya deh, Ga. Gua juga takut soalnya.” Muka Jhosua juga tampak ketakutan. Hahaha, ternyata, macho-macho takut juga sama pocong. Sama aja ama gue. “Pocongnya nongol mulu dipikiran gua. Gua jadi bawaanya takut mulu. Yuk masuk yuk, tidur bareng gua. Takut nih... masuk yuk!”

   “Yuuuuk!”

    Gua masuk kedalam kamar Jhosua dan naik ketempat tidurnya. Ternyata lampu kamar Jhosua juga dinyalakan semuanya. Jhosua juga naik ke tempat tidur dan menarik selimut. Kita berdua siap untuk tidur sekarang. Walaupun masih ada takut-takutnya, tapi paling tidak kita merasa sedikit lega. Jhosua merasa sedikit lega. Gua juga merasa sedikit lega. Dan gua juga mulai merasa sedikit... birahi.

No comments:

Post a Comment