Friday, November 7, 2008

Series : Living With My Cousin - Chapter 1


Living With My Cousin

A Story By : Rafael Kiddo



Tamu Di Sore Hari


Gua baru aja bangun dari tidur siang ketika adek gue yang cantik itu menggedor pintu dengan cukup keras.

“Woy banguuun, ada tamu! Disuruh mama bangun! Cepetan!”

Cukup bingung juga gue ngeliat adek gue itu. wajahnya emang cantik dan badannya mungil, tapi suaranya itu loh, yang kalo teriak bisa bikin cowok-cowok il’fill. Gua akhirnya memaksakan diri untuk bangun dari kasur empuk gua yang sebenarnya masih pengen gue terus tiduri. Bagaimana enggak, gerimis dan suhu dingin yang menyusup masuk dari jendela kamar gua yang terbuka membuat tidur gua rasanya lebih nikmat.
Gua keluar dari kamar dengan hanya mengenakan celana boxer hitam saja. Ehem... badan bagus sih jadi seneng show off.

“Norak deh lo. Gak usah pamer-pamer badan disini deh. Badan bagus percuma kalo nggak ada yang nyantol.” Adek gue pernah berkata pada suatu hari, karena risih melihat kelakuan gua.

“Biarin.” Gua membalasnya.

Gua hendak saja masuk keruang tamu ketika nyokap gua muncul seketika dan melihat penampilan gua.

“Aduh Iga, kamu ini gimana sih. Pake baju ah. Malu-maluin aja.” Kata nyokap gue seraya memutar badan gua.

“Tamu siapa sih. cewek apa cowok?” tanya gua karena males make baju.

“Tamunya laki-laki, tapi kamu harusnya sopan dong.” Kata nyokap gue. “Mama mau ambil minum. Pokoknya kamu harus sudah berpakaian yang benar saat mama liat kamu lagi.”

Akhirnya gue dengan malas kembali ke kamar dan mengambil kaos hitam dan mengenakannya. Setelah itu langsung aja gue ke ruang tamu. Iya, memang benar tamunya cowok. Umurnya kira-kira udah 25 tahunan. Saat pertama gua liat sih. Gila, nih cowok kece bener. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang hitam polos dengan lengan digulung. Kemudian ia mengenakan celana bahan hitam yang keren banget. Kulitnya putih kecokelatan dan kalo dari hasil terawangan gua dia sekasta juga sama gua. Punya badan bagus. Mukannya masih ada unsur bataknya namun sudah terkontaminasi dengan orang barat. Ya karena ayahnya yang merupakan orang batak dan ibunya yang keturunan Kanada.

“Nah ini dia jagoan Uda nih.” Kata bokap gua. (Uda artinya paman. Dalam adat batak memiliki paman yang lebih muda dipanggilnya Uda. Maaf gua kurang ngerti adat batak, gua batak Murtad hehehe...)
Gua menyunggingkan senyum tanpa gosok gigi sambil mengulurkan tangan.

“Waaah... ganteng ya anak uda.” Kata tamu itu setelah kita selesai berjabat tangan. “Banyak kali pacarnya ya.”

“Dia sih bilangnya belum ada. Tau deh, ada yang salah kali sama dia.” sang bokap berkata. Wedew... bokap gua, what is the maksud tuh.

“Eh, cewek, lo bantuin mama sana ambil minuman.” Kata gua ke adek gua yang dari tadi tentram duduk di sofa sebelah gua.

“Pegel gua, capek.” Kata adek gua menolak. Sebenarnya ia menikmati berada diantara cowok-cowok ganteng disana. Gua sudah tau sifat lo wahai adik.

“Nah Ga, kau manggil dia abang. Dia abang kamu ini. Oke!” kata bokap gue.

“Iyaaaa...” kata gua.

Setelah mengobrol banyak akhirnya gua tau. Tuh cowok namanya Jhosua. Dia kerja sabagai salah satu eksekutif muda di sebuah perusahaan terkenal. Dia tinggal disebuah apartermen sendirian, dan maksud kedatangannya adalah untuk mengantarkan undangan. Dari pagi dia udah nyebar undangan dan kebetulan rumah kita yang dapet terakhir. Niatnya sih pengen langsung pulang namun hujan semakin deras dan roman-romannya pengen banjir. Belum lagi bokap gua yang memaksa buat nginap, akhirnya si Jhosua setuju aja.

“Iga, nanti kamu kalo tidur kaki jangan kemana-mana. sekarang ada orang disebelah kamu. Jadi jaga kaki, jaga tangan!” kata bokap gua. Emang bener, gua kalo tidur kaki dan tangan gua senantisa aktif. Terkadang gua tidur dengan posisi kepala sisi satu dan bangun mendapati kepala gua sudah berada disisi berlawanan.

Hujan ternyata masih saja mengguyur sampai malam, ketika akhirnya gua merasa ngantuk dan siap untuk tidur. Dari ruang tv gua berjalan sambil melepas kaos dan masuk ke kamar. Biasa sebelum tidur gua menjalankan ritual yang diajarkan orang tua gua sejak kecil. Cuci muka dan gosok gigi. Gua masih senang melakukannya sampai sekarang. Di kamar mandi gua yang berada didalam dikamar gue, gua mencuci muka pake Men’s Biore Whitening lalu menggosok gigi dengan Pepsodent Whitening. Saat sikat gigi gua mendengar suara pintu kamar terbuka dan masuklah si jhosua itu. Gua menyelesaikan sikat gigi gua dan mengelap muka.

“Ada kaos nggak, Ga?” tanyanya sambil duduk di kasur.

“Ada sih banyak, tapi yang ukuran elo nggak ada deh.” Kata gua. “Kalo mau maksaain sih bisa, tapi nanti elo nyesek.”

Badan gua sama dia sih sama-sama berotot namun badan dia sedikit lebih besar dari gua.

“Terus gimana dong?” tanya Jhosua agak kecewa.

“Elo kaya gua aja. Tidur pake daleman. Gua kalo tidur emang suka begini. Kadang gua malah telanjang kalo tidur. Biar bebas bergerak.” Kata gue cuek.

Si Jhosua lalu meng-O panjang. Setelah itu ia mulai menanggalkan pakaiannya. Gua memperhatikannya karena dia membelakangi gua. Saat kemeja dibuka ukiran otot dibadannya langsung terlihat. Dia memang berbadan bagus. Kemudian ia suara gesper terbuka gua denger, berikut suara resleting dan selanjutnya ia menurunkan celana. Dengan posisi membelakangi gua, pantat montoknya langsung say hai sama gua. Gua terpaku saat itu juga. Benar-benar badan yang Indah. Kini ia hanya menggenakan celana dalam aja. Baju dan celannya ia sampirkan di kursi.

“Ada handuk nggak?” tanyanya, seraya berbalik. “Gua mau mandi dulu.”

“Pake aja handuk gua. Ada di kamar mandi.” Kata gua, langsung menatap mukanya.

“Oh, oke.” Kata dia. Joshua kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sejenak gua menyaksikan indahnya tubuh cowok itu. Tipe gue banget. Gue emang suka sama cowok yang lebih tua dari gue. Ditambah berbadan bagus dan berwajah tampan. Paket A+ deh.

Lima belas menit kemudian si Jhosua keluar. Tampak segar dan bersih. Dia kembali dengan kancut yang sama. Gua sempat memperhatikan kancutnya. Ada tonjolan yang besar disana. Waduuuh... pastinya batang gede nih. Ia kemudian naik ketempat tidur dan bersiap untuk tidur. Namun sebelumnya gua sempat terlibat obrolan singkat dan minim intelektualitas dengannya. Kira-kira sabagai berikut.

“Kerja lo enak ya. Jadi eksmud.” Kata gua.

“Biasa aja lagi.” Katanya. “Elo, kelas berapa, Ga?”

“Kelas tiga.” Jawab gua. “Lagi nunggu hasil UAN nih.”

“Wah, gimana nih. Yakin lulus nggak elo?” tanyanya.

“Enggak tau. Tapi waktu ujian satu kelas kerja sama semua. Moga-moga aja lulus.”

“Amiiin... elo lulus pasti.”

“Udah ada calon, bang?” gua mengalihkan pembicaraan. “Calon istri maksud gua.”

“Belom... masih nyari.” Katanya. “Elo?”

“Masih nyari juga.”

“Wah, sama dong. Hahaha...”

“Iya...”

Lima menit kemudian kita berdua memutuskan untuk mulai tidur. Karena udara semakin dingin dan hujan pun belum menunjukan tanda-tanda berhenti. Gua matikan lampu dan siap tidur. Berharap aja kaki gua nggak kemana-mana entar.

***

Pagi hari gua terbangun. Tuh bener kan kaki gua masih kemana-mana. Namun yang gua cukup kaget kaki gua mendarat didekat penis si Jhosua. Dan lebih terkejut lagi saat itu penisnya sedang mengeras. Biasa lah kalo pagi-pagi, pasti ada aja yang nonjol. Benar kata gua, kalo sepupu gua ini memiliki penis yang besar. terbukti saat ini kuatnya tegangan penisnya sanggup menarik bagian atas celana dalamnya. Sehingga gua dapat melihat bulu-bulunya dan sedikit siluet penisnya dengan jelas. Jantung gua berdebar dan penis gua yang dari awal sudah keras tambah keras lagi. Gilaaa... pagi-pagi gua udah dapet pemandangan gratis aja.
Untuk sejenak gua mengocok-ngocok benda pusaka gua sambil menikmati pemandangan gratis tersebut. Hanya sebentar karena gua nggak mau nembak pagi-pagi. Gua juga teringat kalo Jhosua minta dibangunkan pagi-pagi. Akhirnya gua bangunkan sepupu gua dengan menggoyang-goyangkan badannya. Perlu semenit bagi gua untuk membangunkannya. Dan saat ia terbangun dia cukup kaget dan setengah malu karena mendapati dirinya sedang dalam penampilan yang kalo didepan cewek bisa merubah cewek menjadi mesin pemerkosa yang aktif. Apa lagi kalo didepan cowok gay. Wah, nggak tau deh.

“Nggak usah malu, bang. Gua juga suka tegang kalo pagi-pagi. Biasalah kalo cowok.” Kata gua menenangkan.

“Hahaha...” Dia tertawa garing. “Ya udah, gua mandi dulu ya. Pinjem handuk lo lagi, ya!”

“Oke!”

Sepupu gua itupun kemudian beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi. Mata gua masih saja terpaku sama pantat montoknya itu. Kapan ya, gua bisa ngelus-ngelus tuh pantat. Bikin gemes aja.
Menjelang siang sepupu gua itu pamit pulang setelah mengucapkan berkali-kali terima kasih atas tumpa-ngannya. Dan setelah itu hari-hari berjalan seperti biasa. Walaupun terkadang gua masih teringat sama si montok itu. Kapan ya gua bisa ketemuan lagi sama dia. belum apa-apa udah kangen.

***

Sudah dua bulan berlalu. Gua sudah bersiap-siap masuk kuliah. NEM gua ternyata bagus. Ya jelas. Orang jawaban UAN kelas gua berpatokan pada Paham “Satu Untuk Semua”. Makannya nilainya pada nggak jauh beda dan nggak jauh-jauh dari bagus.
Oh ya, sebelum berpisah dengan teman-teman SMU gua. Gua melakukan beberapa Acara Perpisahan dengan teman-teman cowok gua secara privat. Maksudnya nggak rame-rame. Cuma gua berlima aja. Di Sekolah gua punya satu teman Homo yang sama-sama ganteng cuma bedannya dia bukan anggota fitnes. Jadi badannya ala kadarnya aja. Setelah acara perpisahan selesai dan ketiga temen gua pergi. Gua dan temen spesial gua itu memutuskan untuk melakukan seks perpisahan. Dan ya gua dapatkan pada malam hari dirumahnya adalah sebuah pengalaman seks hebat yang nggak bisa gua lupakan. Gua bermain sangat liar malam itu. sama-sama ganas, sama-sama penuh nafsu. Semuanya berakhir saat kami saling berciuman sambil melakukan jerk-off dengan tangan lawan. Luar biasa...
Tiga hari berikutnya gua melakukan seks pelepasan dengan temen cewek yang udah jadi patner senang-senang gua. Nindy Fransiska Binti Trash Bin. Heheehe... Binti Trash Bin-nya sih gua yang nambahin. Gua sama dia sih nggak pacaran. Cuma dia pernah bilang ke gua; “Kalo elo nafsu dan butuh pelampiasan, ke gua aja.”
Dan beberapa hari kedepan dia akan kuliah di luar negeri dan meminta gua untuk ‘bermain’ untuk yang terakhir kalinya. Gua yang sudah menyiapkan pasokan tenaga dan sperma sudah siap pada malam harinya. Kita melakukannya di mobil disebuah perbukitan pada malam hari. Sang cewek senantiasa berteriak-teriak dan mendesah. Menaikan gairah gua. Hebat-hebat deh pokoknya...
Dari dua peristiwa diatas kalian pasti sudah tau kalo gua. Aiga Dunnovan adalah seorang Biseksual. Dan gua sangat nyaman dengan keadaan gua. Walaupun keluarga gua belum tahu. Tapi, it’s oke lah.
Oke, sekarang masalah berikutnya adalah, rumah gua dengan kampus, walaupun jaraknya cuma dari Bekasi ke Jakarta, tapi malesnya jalannya itu ribet. Gua paling males kalo begitu. Bokap gua nyuruh nge kost. Tapi nyokap gua ngelarang. Katanya takut gua jadi hancur. Lah, dia nggak tau kalo anaknya udah ancur dari sananya, Wuakakak...! nyokap yang lugu. Dari perundingan kita bertiga akhirnya bokap memutuskan akan membelikan motor Honda CBR buat gua. Senangnyaaaaa... namun tiba-tiba nyokap gua menginterupsi. Gua mengira nyokap bakalan berkata sama kaya sebelumnya. Takut gua jadi hancur. Hancur secara harafiah. Secara gua seneng kebut-kebutan. Namun dia mengatakan sesuatu yang membuat seluruh perundingan ini menjadi tidak berguna.

“Kampus kamu kan cukup deket sama apartermenya si Jhosua.”

Ting-ting-ting....! Ahaaaa....!

Emang nih nyokap gua paling inget deh sama cowok cakep. Sama si Jhosua inget aja.

“Betul banget ma! Iga tinggal disana aja. Nggak pake bayar, nggak pake hancur! Betul kan!” gua berkata dengan samangat. Gairah akan ketemu sisepupu montok mulai tidak terkendali. Gua nggak kebayang bakalan menghabiskan hidup gua selama 4 tahun bersama si montok pengundang birahi itu nanti.

“Betul-betul!” nyokap gua juga seneng. Karena pilihan yang sangat ekonomis tersebut. “Entar mama coba telepon si Jhosua ya.”

“Jadi, motornya nggak jadi ya!” kata bokap gua juga senang. Uang puluhan juta nggak jadi dikeluarkan.

“Iya-iya-iya, nggak perlu. Ngapai naik motor. Naik Kopaja juga bisa.” Kata gua. “Kalo Iga mau olah raga, Iga bisa juga jalan.”

“Uuuuh, lebih ekonomis tuh.” Kata nyokap gua semakin berbibar-binar. Dasar tukang ngirit! Hehehe...

“Mama coba telepon dulu.”

Berikutnya gua mendengar percakapan nyokap gua dengan si Jhosua.

“Halo, Jhosua ya... ini inanguda, sayang. Jhos, si Iga boleh tinggal disitu ya... ooh, bukan, soalnya kampusnya deket sama apartermen kamu. Ya daripada ngekost, inanguda takutnya dia ancur karena pergaulan bebas. (Gua tersenyum geli. Masih lugu diaaa... hahaha... *Ketawa setan*) Boleh nggak?... apa? boleh! Yang bener! Oooh... bagus lah kalau begitu. Makasih ya sayang.... iya-iya... eh nggak usah. Biar si Iga aja yang bawa barang sendiri. Kan udah besar dia. Oke, ya-ya... makasih amang ya...” dan telepon ditutup.

“Horeeee...!” gua beteriak senang.

“Oke, siapin lah barang-barang kau. Biar kesana kau tinggal.” Kata bokap gua.

Dengan senang hati, papa. Gua langsung aja pergi ke kamar untuk menyiapkan pakaian. Wooohoooouuu....! senangnya.... Si montok bakalan menemani gua. Diapartermenya! Berdua! Senangnyaaa...! Penasaran... apa aja yang bakal terjadi selama 4 tahun nanti.

2 comments:

  1. Bro, kalo ada gambarnya pasti lebih keren
    Hebat Ceritanya, jd pingin ngecrot terus!
    Lanjutin dong!

    ReplyDelete
  2. gw suka, karna cukup detail sama kejadian2 kecilnya, karna detail itulah malah yang bikin sempurna sebuah cerita..plus penggambaran expresi yg jelas, sehingga kita bisa merasakan apa yg aiga rasa

    ReplyDelete